Minggu, 17 Juli 2011

Selingkuh yang bermanfaat

http://adf.ly/2691y Saya ibu rumah tangga berumur 36 tahun yang sehari-sehari mempunyai kegiatan terkait dengan kegiatan sosial yang kadang-kadang menyelenggarakan kegiatan di luar rumah, termasuk rapat-rapatnya. Suami bekerja di pemerintahan. Anak kami dua yang tertua berumur 14 tahun. Saya sewaktu masih muda kadang-kadang ikut sebagai peragawati dan kadang-kadang juga foto model, dengan tinggi badan 165 cm. Dengan bagian-bagian tubuh depan dan belakang termasuk bagus. Berat badan sekitar 47,5 kg. Orang bilang saya punya penampilan yang menarik dan seksi terutama juga bibir saya. Apa yang saya akan ceritakan adalah pengalaman saya yang menarik yang telah menjadikan hidup saya terpuaskan lahiriah dan batiniah. Dan telah memperkuat kehidupan perkawinan kami.
http://adf.ly/2691y
Ceritanya berawal pada suatu peringatan ulang tahun suami kakak saya kurang lebih dua tahun yang lalu, dimana banyak sudara-saudara yang membantu dalam persiapannya. Ikut pula membantu keponakan saya Martin, anak kakak saya yang lain lagi. Martin berumur 25 tahunan, masih kuliah, berperawakan tegap atletis tinggi kurang lebih 1,7 m. Tampangnya cakep dengan rambut hitam bergelombang. Termasuk seksi juga. Genit juga. Suka mencuri-curi memandangi saya, sepert mau menelan. Kalau bertatap pandang matanya sepertinya tersenyum. Kurang ajar juga pikiran saya, tetapi terus terang saya juga senang. Anaknya simpatik sih. Kadang-kadang ada juga pikiran, enak barangkali kalau mencium Martin atau memeluknya/dipeluk. Kelihatannya ada setrum dan chemistry di antara kami.

Sore itu kakak meminta saya untuk mengambilkan kue tart, karena tidak ada yang bisa dimintai tolong. Karena tidak ada yang lain juga terpaksa Martin yang mengantarkan dengan mobilnya. Apa yang terjadi adalah ketika secara bersama Martin dan saya memungut dompet saya yang terjatuh di garasi. Martin memegang tangan saya menarik dan mencium pipi saya dengan senyum. Saya tidak bereaksi tetapi juga tidak marah tetapi berusaha memberikan kesan kalau saya juga senang. Sikap saya yang tidak menentang membuatnya kemudian mengulangi ciumannya dalam mobil ketika berhenti di lampu merah. Kali ini ciumannya di mulut sambil menekankan tangannya pada paha. Martin mencium dengan melumat dan memainkan lidahnya. Meski ini bukan pengalaman saya pertama untuk dicium tetapi saya tergetar seluruh tubuh dan merasakan ada rasa menggelitik dan mengalir di kemaluan saya. Selintas terjadi pertempuran antara ya dan tidak, antara pertahanan kejujuran terhadap suami melawan spontanitas keindahan kemunculan gairah, dan nampaknya kejujuran akan terkalahkan. Getaran terus menggebu sampai kesadaran muncul dengan reaksi mendorong sambil menggumam, "Jangan di sini, jangan di sini, dilihat orang." Terus terang keinginan sangat besar untuk tidak menghentikannya, tetapi memang tempatnya tidak tepat. Babak awal telah terbuka, dan cerita tidak ingin terputus dan babak berikut perlu dipanggungkan secara berkelanjutan.

Sepanjang proses pengambilan kue tart Martin pada kesempatan yang memungkinkan selalu mencuri untuk mencium dan sesekali membisikkan kata-kata, "You are beautiful," dan terakhir menjelang sampai kembali ke rumah dia bisikkan, "I want you," sambil mencium telinga saya. Sekali lagi saya tergetar sampai ke bawah. Melirik ke arah dia sambil senyum. Saya harap Martin bisa menangkap senyum saya dan pandangan mata saya sebagai tanda "OK". Kami diam. Sesampai di pagar rumah saya bisikkan pada Martin, "Telepon saya besok pagi." Pesta ulang tahun berjalan dengan lancar. Martin tetap mencuri-curi pandang pada setiap kesempatan. Akhirnya semua pulang, saya pun pulang, bersama suami, dengan berbagai perasaan seperti gadis yang jatuh cinta. Malam hari menjelang tidur pikiran tidak bisa terlepas dari Martin. Gelitik dan kelembaban terasa disela-sela paha. Karena pikiran dipenuhi Martin mata pun tidak bisa terpejam. Mengharap pagi hari lekas datang. Gila kalau dipikir, kok bisa tergoda, hanyut.

Keesokan harinya pagi-pagi Martin sudah menelepon. Untung bukan suami yang mengangkat. Singkatnya siang itu Martin dan saya lunch, menikmati keberduaan dan kedekatan yang merangsang. Kami meninggalkan dengan Martin memegang inisiatip yang kemudian berakhir di salah satu motel di timur Jakarta, tanpa ada sikap keberatan atau protes dari saya. Tanpa menunggu pintu kamar motel tertutup rapat, sambil berdiri saya telah berada dipelukan Martin, melumat mulut dengan ciuman yang berapi-api. Tangannya menjelajah keseluruh bagian tubuh saya. Ke bawah rok menekan pantat saya dan menekankan badannya dan burungnya. Saya menyerah, tangan saya pun jadi ikut menjelajah ke burungnya yang telah sangat keras. Meremasnya dari luar dengan keinginan yang makin menggebu untuk membukanya. "Gila nih, gila nih!" terngiang di benak, tetapi tak mampu menyetop gairah yang sudah memuncak ini.

Setelah memastikan bahwa tidak akan ada gangguan dari room service Martin menggiring saya ke tempat tidur tanpa melepaskan pelukannya. Pelan-pelan dia tidurkan saya dan secara lembut mulai menciumi dari telinga leher mulut, sambil kancing bacu dibuka, dan terus menciumi buah dada saya secara bergantian kanan kiri, BH dilepas, dihisapnya puting dan dijilatnya secara halus. Seluruh badan terasa kena setrum, terangsang. Kewanitaan saya terasa basah karena memang saya mempunyai kekhasan produksi cairan kewanitaan yang banyak. Martin pun memulai membuka satu persatu bajunya, masih tertinggal CD-nya. Secara pelahan Martin membuka bagian bawah rok sambil tak hentinya menciumi seluruh bagian yang terbuka. Perut saya dia ciumi bermesra-mesra. Tangannya menjalar juga keseluruh badan dan mendekap pada kewanitaan saya yang telah membasahi CD, sambil mulut Martin mendesah penuh gairah. Saya sudah tak bisa menahan kenikmatan yang rasanya sudah lama tak saya alami lagi. Tangan Martin mulai dimasukkan ke dalam CD menulusuri kewanitaan saya dengan menggerakkan jarinya. Gila setengah mati rasanya. Mau teriak rasanya. Martin secara halus dan pandai memainkan seluruh badan dan bagian-bagian peka saya. Kewanitaan saya mulai banjir merespon pada rangsangan yang selangit. Gila benar rasanya.
http://adf.ly/2691y
Martin berlanjut dengan membuka CD dan memulai mengkonsentrasikan perhatiannya pada kewanitaan saya. Diciumnya secara perlahan dengan memainkan lidahnya dari atas ke bawah. Paha saya ditegakkan dan dibukanya lebar-lebar. Diciumnya bibir kemaluan dengan bibirnya secara penuh, dihisapnya secara berkali-kali sambil lidahnya memasuki celah-celah kemaluan saya. Aduh gila rasanya selangit. Ganti dia hisap klitoris secara halus. Dihisapnya, terus. Sampai saya tidak tahan dan sampailah saya pada puncak. Terasa cairan mengalir. Disertai dengan teriakan ringan tangan memeras rambut Martin. Ini menjadikan Martin lebih lagi menggumuli lubang kemaluan saya. Dia benamkan dan usapkan seluruh wajahnya pada kemaluan saya yang basah dengan desahan kepuasan. Saya sudah tidak bisa lagi menguasai diri dan terasa selalu tercapai puncak-puncak yang nikmat. Gila benar. Belum pernah saya dibeginikan. Pintar sekali si Martin ini, sepertinya pengalamannya sudah banyak. Saya hanya bisa menggerakkan kepala ke kanan kiri dengan mata terpajam mulut terbuka, dengan suara mendesah keenakan. Gila benar. Selangit.

Kini giliran saya. Martin saya tarik ke atas. Kini batang kemaluannya terasa menekan paha saya. Martin saya balikkan dan batang kemaluannya saya genggam. Wah besar juga dan kencang lagi, sudah basah pula. Langsung saya hisap dengan gairah. Lidah saya permainkan di ujung kemaluannya sambil dikeluar-masukkan. Martin mengerang. Setelah kurang lebih sepuluh menit Martin melepaskannya. Dia lebih menghendaki keluar di liang kemaluan saya. Kini dia di atas saya lagi dengan posisi batang kemaluan di depan lubang kemaluan. Dengan ujungnya digerak-gerakkan di bibir kemaluan ke atas ke bawah. Enak sekali. Mabok benar. Kemudian secara perlahan masuklah batang kemaluan ke lubang kemaluan saya dan terus menekan sampai terasa penuh sekali, dan terasa sampai di dasar rahim. Gila rasanya benar-benar selangit. Tidak pernah rasanya seenak seperti ini. Martin menekan terus sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Gila! Enak benar! Terus dia putar-putar sambil keluar masukhttp://adf.ly/2691y . Sampai saya lebih dulu tidak tahan dan sampai di puncak, keluar dengan meledak-ledak terasa melayang kehilangan nafas sampai terasa hampa saking nikmatnya. Kemaluan saya terasa basah sekali. Martin masih terus memompa dan belum mau menyelesaikan cepat-cepat. Batang kemaluannya masih diputar dengan keluar masuk di lubang kemaluan, sehingga saya pun tidak tahan keluar lagi, yang ketiga atau yang keenam dengan yang keluar karena dihisap tadi. Gila benar! Seluruh badan basah rasanya. Sprei sudah basah betul dari cairan kewanitaan saya.

Martin masih terus menekan, memutar, menggaruk-garuk dan mencium sekali-sekali. Ciumannya di telinga bersamaan dengan tekanan batang kemaluan di dalam lubang kemaluan saya sungguh membuat seluruh badan menggigil nikmat dan membuat saya keluar secara dahsyat. Kemaluan saya terangkat menyongsong tekanan batang kemaluan Martin. Gila benar, sungguh nikmat tiada tandingan. Akhirnya Martin mulai menggerang-ngerang berbisik mau keluar. Dengan tekanan yang mantap keluarlah dia dengan semprotan yang keras ke dalam liang kemaluan saya. Hangat, banyak dan terasa mesra dan memuaskan. Oh Tuhan, sungguh tak ada tandingannya. Dia remas badan saya dengan menekankan bibirnya pada bibir saya. Hampir habis nafas. Kehangatan semprotan Martin menggelitik lagi kemaluan saya sehingga orgasme saya pun keluar lagi yang kedelapan menyusul semprotan Martin. Kami bersama-sama keluar dengan nikmat sekali. Sesaat terasa pingsan kami. Setelah selesai terasa kepuasan yang menyeluruh terasakan di badan. Pikiran terasa terlepas dari semua masalah dan hanya keindahanlah yang ada. Kami masih berpelukan menikmati tanpa kata-kata, sambil memulihkan kembali energi yang telah tercurahkan secara intensif. Kami tertidur sejenak. Siuman setelah sepuluh menit dengan perasaan yang lega, dan puas.

Meski demikian rasa mengelitik, gatal-gatal http://adf.ly/2691y kecil masih terasa di kemaluan saya, seolah belum puas dengan kenikmatan yang begitu hebat. Tangan saya mendekap batang kemaluan Martin mengusap-usapnya sayang. Ingin rasanya batang kemaluan Martin memenuhi lagi di lubang kemaluan saya. Bibir tidak bisa menahan, saya tarik batang kemaluan Martin dan mulai meluncur ke bawah dan menghisapnya lagi dengan kasih sayang, diliputi bau campuran antara cairan saya dan mani yang terasa sedap. Kemaluan Martin terasa sangat lunak tidak segagah tadi. Serasa menghisap marshmallow. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena secara perlahan batang kemaluannya mulai membengkak dan menyesaki mulut. Sekali lagi kewanitaan saya tergelitik. Tanpa bertanya saya bangkit jongkok di atas Martin dan memasukkan Martin pelan-pelan. Seluruhnya masuk terasa sampai di ujung perut dan mulai menggelitik G-spot. Ganti saya pompa ambil kadang merunduk memeluk Martin dan menciumnya. Kadang sambil duduk menikmati penuhnya di kemaluan saya. Rasanya enak sekali karena saya yang mencari posisi yang terenak untuk saya. Setelah beberapa waktu merasakan kenikmatan yang masih datar, kenikmatan mulai memuncak lagi dan terus memuncak sampai akhirnya sampai puncak tertinggi. Meledak-ledak lagi orgasme dengan teriakan-teriakan nikmat. Yang ternyata diikuti oleh Martin dengan semprotan kedua. Tangannya memeluk erat-erat dengan gerangan pula. Gila enaknya sungguh sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Ini kali rasanya surga dunia. Kalau bisa maunya seharian begini terus rasanya. Gila! Gila benar, sungguh nikmat memuaskan.

Tetapi kami harus pulang. Saya kembali ke rumahhttp://adf.ly/2691y , ke suami dan keluarga saya. Dengan suatu pengalaman yang tak terlupakan selama hidup. Sepanjang jalan kami diam tetapi tangan saling memegang. Malamnya menjelang tidur, sekali lagi kemaluan saya menggelitik dengan ingatan pengalaman siang tadi tidak bisa hilang. Ini memang pembawaan saya yang orang barangkali mengatakannya sebagai maniak seks, histeris, multi orgasme, kelaparan terus. Sekali terbuka lebar dan dirangsang maunya terus dipenuhi. Sejauh ini dengan suami tidak pernah tercapai apa yang Martin bisa lakukan. Kepuasan dengan suami sama-sama tercapai tetapi kepuasan yang tidak mendalam seperti Martin. Suami yang lekas selesai menjadikan "bakat" saya tidak berkembang. Sekarang yang ada hanya suami di samping saya. Saya merengek minta pada suami dengan tangan meraba burungnya dan memijat-mijatnya halus. Dia tertawa sambil mengejek, "Gatel nih ya." Dalam hati saya bilang memang gatal. Saya mencoba menikmati penetrasi kemaluannya dengan membayangkan kemaluan Martin. Kewanitaan saya, saya goyangkan mencari spot yang nikmat sambil mendekap. Dia menekan menarik beritme sampai kemudian saya mencapai puncak dulu diikuti dengan semprotan maninya. Selesailah sudah. Kemaluan saya masih ingin sebetulnya, tetapi dia biasanya sudah tidak bisa lagi. Jadinya tanganlah yang bergerak "Self Service". Memang penyakit saya (atau karunia) ya itu. Sekali sudah diobok-obok tidak bisa berhenti. Saya tidur dengan nyenyak malam itu.

Seperti yang bisa diduga pertemuan saya dengan Martin berlanjut. Semua fantasi seks dan impian-impian tak ada yang tidak kami wujudkan. Sungguh sangat-sangat nikmat. Teknik kami makin sempurna dan Martin bisa membuat saya orgasme sampai tiga belas kali. Pada kesempatan lain akan saya ceritakan pengalaman-pengalaman kami yang aduhai. Semoga saya tidak jatuh cinta dan menghendaki hubungan yang lebih dalam, dan mengacaukan rumah tangga saya yang sudah ada. Saya hanya mau seksnya. Sama seperti Martin juga. Sehingga dari luar, partner seks saya resmi adalah suami. Dibalik itu Martin lah yang menjadi pemuas seks dan fantasi saya dan ini telah berjalan selama dua tahunan. Dua kali dalam seminggu paling sedikit. Suami tetap dilayani seminggu sekali, kadang sepuluh harian sekali. Saya merasa bahagia dengan pengaturan sedemikian. Keluarga tetap tidak terganggu. Hubungan dengan anak-anak dan suami tetap seperti biasa, bahkan kehidupan seks dengan suami menjadi lebih baik. Ternyata selingkuh ada manfaat dan kebaikannya juga.

TAMAT http://adf.ly/2691y

Mama Mona mertuaku

http://adf.ly/2691y Sudah dua tahun ini aku menikah dengan Virni, dia seorang model iklan dan enam bulan lalu, dia menjadi seorang bintang sinetron, sementara aku sendiri adalah seorang wiraswasta di bidang pompa bensin. Usiaku kini 32 tahun, sedangkan Virni usia 21 tahun. Virni seorang yang cantik dengan kulit yang putih bersih mungkin karena keturunan dari ibunya. Aku pun bangga mempunyai istri secantik dia. Ibunya Virni, mertuaku, sebut saja Mama Mona, orangnya pun cantik walau usianya sudah 39-tahun. Mama Mona merupakan istri ketiga dari seorang pejabat negara ini, karena istri ketiga jadi suaminya jarang ada di rumah, paling-paling sebulan sekali. Sehingga Mama Mona bersibuk diri dengan berjualan berlian.
http://adf.ly/2691y Aku tinggal bersama istriku di rumah ibunya, walau aku sndiri punya rumah tapi karena menurut istriku, ibunya sering kesepian maka aku tinggal di "Pondok Mertua Indah". Aku yang sibuk sekali dengan bisnisku, sementara Mama Mona juga sibuk, kami jadi kurang banyak berkomunikasi tapi sejak istriku jadi bintang sinetron 6 bulan lalu, aku dan Mama Mona jadi semakin akrab malahan kami sekarang sering melakukan hubungan suami istri, inilah ceritanya.
http://adf.ly/2691y Sejak istriku sibuk syuting sinetron, dia banyak pergi keluar kota, otomatis aku dan mertuaku sering berdua di rumah, karena memang kami tidak punya pembantu. Tiga bulan lalu, ketika istriku pergi ke Jogja, setelah kuantar istriku ke stasiun kereta api, aku mampir ke rumah pribadiku dan baru kembali ke rumah mertuaku kira-kira jam 11.00 malam. Ketika aku masuk ke rumah aku terkaget, rupanya mertuaku belum tidur. Dia sedang menonton TV di ruang keluarga.

"Eh, Mama.. belum tidur.."
http://adf.ly/2691y

"Belum, Tom.. saya takut tidur kalau di rumah belum ada orang.."
http://adf.ly/2691y

"Oh, Maaf Ma, saya tadi mampir ke rumah dulu.. jadi agak telat.."
http://adf.ly/2691y

"Virni.. pulangnya kapan?"


"Ya.. kira-kira hari Rabu, Ma.. Oh.. sudah malam Ma, saya tidur dulu.."


"Ok.. Tom, selamat tidur.."

Kutinggal Mama Mona yang masih nonton TV, aku masuk ke kamarku, lalu tidur. Keesokannya, Sabtu Pagi ketika aku terbangun dan menuju ke kamar makan kulihat Mama Mona sudah mempersiapkan sarapan yang rupanya nasi goreng, makanan favoritku.

"Selamat Pagi, Tom.."


"Pagi.. Ma, wah Mama tau aja masakan kesukaan saya."


"Kamu hari ini mau kemana Tom?"


"Tidak kemana-mana, Ma.. paling cuci mobil.."
http://adf.ly/2691y

"Bisa antar Mama, Mama mau antar pesanan berlian."


"Ok.. Ma.."

Hari itu aku menemani Mama pergi antar pesanan dimana kami pergi dari jam 09.00 sampai jam 07.00 malam. Selama perjalanan, Mama menceritakan bahwa dia merasa kesepian sejak Virni makin sibuk dengan dirinya sendiri dimana suaminya pun jarang datang, untungnya ada diriku walaupun baru malam bisa berjumpa. Sejak itulah aku jadi akrab dengan Mama Mona.

Sampai di rumah setelah berpergian seharian dan setelah mandi, aku dan Mama nonton TV bersama-sama, dia mengenakan baju tidur modelnya baju handuk sedangkan aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Tiba-tiba Mama menyuruhku untuk memijat dirinya.


"Tom, kamu capek nggak, tolong pijatin leher Mama yach.. habis pegal banget nih.."


"Dimana Ma?"


"Sini.. Leher dan punggung Mama.."


Aku lalu berdiri sementara Mama Mona duduk di sofa, aku mulai memijat lehernya, pada awalnya perasaanku biasa tapi lama-lama aku terangsang juga ketika kulit lehernya yang putih bersih dan mulus kupijat dengan lembut terutama ketika kerah baju tidurnya diturunkan makin ke bawah dimana rupanya Mama Mona tidak mengenakan BH dan payudaranya yang cukup menantang terintip dari punggungnya olehku dan juga wangi tubuhnya yang sangat menusuk hidungku.

"Maaf, Ma.. punggung Mama juga dipijat.."


"Iya.. di situ juga pegal.."


Dengan rasa sungkan tanganku makin merasuk ke punggungnya sehingga nafasku mengenai lehernya yang putih, bersih dan mulus serta berbulu halus. Tiba-tiba Mama berpaling ke arahku dan mencium bibirku dengan bibirnya yang mungil nan lembut, rupanya Mama Mona juga sudah mulai terangsang. "Tom, Mama kesepian.. Mama membutuhkanmu.." Aku tidak menjawab karena Mama memasukkan lidahnya ke mulutku dan lidah kami bertautan. Tanganku yang ada di punggungnya ditarik ke arah payudaranya sehingga putingnya dan payudaranya yang kenyal tersentuh tanganku. Hal ini membuatku semakin terangsang, dan aku lalu merubah posisiku, dari belakang sofa, aku sekarang berhadapan dengan Mama Mona yang telah meloloskan bajunya sehingga payudaranya terlihat jelas olehku.
http://adf.ly/2691y Aku tertegun, rupanya tubuh Mama Mona lebih bagus dari milik anaknya sendiri, istriku. Aku baru pertama kali ini melihat tubuh ibu mertuaku yang toples.


"Tom, koq bengong, khan Mama sudah bilang, Mama kesepian.."


"iya.. iya.. iya Mah,"


Ditariknya tanganku sehingga aku terjatuh di atas tubuhnya, lalu bibirku dikecupnya kembali. Aku yang terangsang membalasnya dengan memasukkan lidahku ke mulutnya. Lidahku disedot di dalam mulutnya. Tanganku mulai bergerilya pada payudaranya. Payudaranya yang berukuran 36B sudah kuremas-remas, putingnya kupelintir yang membuat Mama Mona menggoyangkan tubuhnya karena keenakan. Tangannya yang mungil memegang batangku yang masih ada di balilk celana pendekku.http://adf.ly/2691y Diusap-usapnya hingga batangku mulai mengeras dan celana pendekku mulai diturunkan sedikit, setelah itu tangannya mulai mengorek di balik celana dalamku sehingga tersentuhlah kepala batangku dengan tangannya yang lembut yang membuatku gelisah.

Keringat kami mulai bercucuran, payudaranya sudah tidak terpegang lagi tanganku tapi mulutku sudah mulai menari-nari di payudaranya, putingnya kugigit, kuhisap dan kukenyot sehingga Mama Mona kelojotan, sementara batangku sudah dikocok oleh tangannya sehingga makin mengeras. Tanganku mulai meraba-raba celana dalamnya, dari sela-sela celana dan pahanya yang putih mulus kuraba vaginanya yang berbulu lebat. Sesekali kumasuki jariku pada liang vaginanya yang membuat dirinya makin mengelinjang dan makin mempercepat kocokan tangannya pada batangku.

Hampir 10 menit lamanya setelah vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar dengan berbau harum, kulepaskan tanganku dari vaginanya dan Mama Mona melepaskan tangannya dari batangku yang sudah keras. Mama Mona lalu berdiri di hadapanku, dilepaskannya baju tidurnya dan celana dalamnya sehingga aku melihatnya dengan jelas tubuh Mama Mona yang bugil dimana tubuhnya sangat indah dengan tubuh tinggi 167 cm, payudara berukuran 36B dan vagina yang berbentuk huruf V dengan berbulu lebat, membuatku menahan ludah ketika memandanginya.

"Tom, ayo.. puasin Mama.."


"Ma.. tubuh Mama bagus sekali, lebih bagus dari tubuhnya Virni.."


"Ah.. masa sih.."


"Iya, Ma.. kalau tau dari 2 tahun lalu, mungkin Mamalah yang saya nikahi.."


"Ah.. kamu bisa aja.."


"Iya.. Ma.. bener deh.."


"Iya sekarang.. puasin Mama dulu.. yang penting khan kamu bisa menikmati Mama sekarang.."


"Kalau Mama bisa memuaskan saya, saya akan kawini Mama.."

Mama lalu duduk lagi, celana dalamku diturunkan sehingga batangku sudah dalam genggamannya, walau tidak terpegang semua karena batangku yang besar tapi tangannya yang lembut sangat mengasyikan.


"Tom, batangmu besar sekali, pasti Virni puas yach."


"Ah.. nggak. Virni.. biasa aja Ma.."

http://adf.ly/2691y
"Ya.. kalau gitu kamu harus puasin Mama yach.."
http://adf.ly/2691y

"Ok.. Mah.."


Mulut mungil Mama Mona sudah menyentuh kepala batangku, dijilatnya dengan lembut, rasa lidahnya membuat diriku kelojotan, kepalanya kuusap dengan lembut. Batangku mulai dijilatnya sampai biji pelirku, Mama Mona mencoba memasukkan batangku yang besar ke dalam mulutnya yang mungil tapi tidak bisa, akhirnya hanya bisa masuk kepala batangku saja dalam mulutnya.

Hal ini pun sudah membuatku kelojotan, saking nikmatnya lidah Mama Mona menyentuh batangku dengan lembut. Hampir 15 menit lamanya batangku dihisap membuatnya agak basah oleh ludah Mama Mona yang sudah tampak kelelahan menjilat batangku dan membuatku semakin mengguncang keenakan. Setelah itu Mama Mona duduk di Sofa dan sekarang aku yang jongkok di hadapannya. Kedua kakinya kuangkat dan kuletakkan di bahuku. Vagina Mama Mona terpampang di hadapanku dengan jarak sekitar 50 cm dari wajahku, tapi bau harum menyegarkan vaginanya menusuk hidungku.

"Ma, Vagina Mama wangi sekali, pasti rasanya enak sekali yach."


"Ah, masa sih Tom, wangi mana dibanding punya Virni dari punya Mama."


"Jelas lebih wangi punya mama dong.."

"Aaakkhh.."


Vagina Mama Mona telah kusentuh dengan lidahku. Kujilat lembut liang vagina Mama Mona, vagina Mama Mona rasanya sangat menyegarkan dan manis membuatku makin menjadi-jadi memberi jilatan pada vaginanya.


"Ma, vagina.. Mama sedap sekali.. rasanya segar.."


"Iyaah.. Tom, terus.. Tom.. Mama baru kali ini vaginanya dijilatin.. ohh.. terus.. sayang.."

Vagina itu makin kutusuk dengan lidahku dan sampai juga pada klitorisnya yang rasanya juga sangat legit dan menyegarkan. Lidahku kuputar dalam vaginanya, biji klitorisnya kujepit di lidahku lalu kuhisap sarinya yang membuat Mama Mona menjerit keenakan dan tubuhnya menggelepar ke kanan ke kiri di atas sofa seperti cacing kepanasan. "Ahh.. ahh.. oghh oghh.. awww.. argh.. arghh.. lidahmu Tom.. agh, eena.. enakkhh.. aahh.. trus.. trus.." Klitoris Mama Mona yang manis sudah habis kusedot sampai berulang-ulang, tubuh Mama Mona sampai terpelintir di atas sofa, hal itu kulakukan hampir 30 menit dan dari vaginanya sudah mengeluarkan cairan putih bening kental dan rasanya manis juga, cairan itupun dengan cepat kuhisap dan kujilat sampai habis sehingga tidak ada sisa baik di vaginanya maupun paha mama Mona.

"Ahg.. agh.. Tom.. argh.. akh.. akhu.. keluar.. nih.. ka.. kamu.. hebat dech.." Mama Mona langsung ambruk di atas sofa dengan lemas tak berdaya, sementara aku yang merasa segar setelah menelan cairan vagina Mama Mona, langsung berdiri dan dengan cepat kutempelkan batang kemaluanku yang dari 30 menit lalu sudah tegang dan keras tepat pada liang vagina Mama Mona yang sudah kering dari cairan. Mama Mona melebarkan kakinya sehingga memudahkanku menekan batangku ke dalam vaginanya, tapi yang aku rasakan liang vagina Mama Mona terasa sempit, aku pun keheranan.

"Ma.. vagina Mama koq sempit yach.. kayak vagina anak gadis."


"Kenapa memangnya Tom, nggak enak yach.."


"Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis. Saya senang Ma, karena vagina Virni sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat yach?"

http://adf.ly/2691y
"Iya, sayang.. walau Mama jarang ditusuk, vaginanya harus Mama rawat sebaik-baiknya, toh kamu juga yang nusuk.."


"Iya Ma, saya senang bisa menusukkan batang saya ke vagina Mama yang sedaap ini.."


"Akhh.. batangmu besar sekali.."


Vagina Mama Mona sudah terterobos juga oleh batang kemaluanku yang diameternya 4 cm dan panjangnya 28 cm, setelah 6 kali kuberikan tekanan.

Pinggulku kugerakan maju-mundur menekan vagina Mama Mona yang sudah tertusuk oleh batangku, Mama Mona hanya bisa menahan rasa sakit yang enak dengan memejamkan mata dan melenguh kenikmatan, badannya digoyangkan membuatku semakin semangat menggenjotnya hingga sampai semua batangku masuk ke vaginanya. "Tom.. nggehh.. ngghh.. batangmu menusuk sampai ke perut.. nich.. agghh.. agghh.. aahh.. eenaakkhh.." Aku pun merasa keheranan karena pada saat masukkan batangku ke vaginanya Mama Mona terasa sempit, tapi sekarang bisa sampai tembus ke perutnya. Payudara Mama Mona yang ranum dan terbungkus kulit yang putih bersih dihiasi puting kecil kemerahan sudah kuterkam dengan mulutku. Payudara itu sudah kuhisap, kujilat, kugigit dan kukenyot sampai putingnya mengeras seperti batu kerikil dan Mama Mona belingsatan, tangannya membekap kepalaku di payudaranya sedangkan vaginanya terhujam keras oleh batangku selama hampir 1 jam lamanya yang tiba-tiba Mama Mona berteriak dengan lenguhan karena cairan telah keluar dari vaginanya membasahi batangku yang masih di dalam vaginanya, saking banyaknya cairan itu sampai membasahi pahanya dan pahaku hingga berasa lengket.

"Arrgghh.. argghh.. aakkhh.. Mama.. keluar nich Tom.. kamu belum yach..?" Aku tidak menjawab karena tubuhnya kuputar dari posisi terlentang dan sekarang posisi menungging dimana batangku masih tertancap dengan kerasnya di dalam vagina Mama Mona, sedangkan dia sudah lemas tak berdaya. Kuhujam vagina Mama Mona berkali-kali sementara Mama Mona yang sudah lemas seakan tidak bergerak menerima hujaman batangku, Payudaranya kutangkap dari belakang dan kuremas-remas, punggungnya kujilat. Hal ini kulakukan sampai 1 jam kemudian di saat Mama Mona meledak lagi mengeluarkan cairan untuk yang kedua kalinya, sedangkan aku mencapai puncak juga dimana cairanku kubuang dalam vagina Mama Mona hingga banjir ke kain sofa saking banyaknya cairanku yang keluar. "Akhh.. akh.. Ma, Vagina Mama luar biasa sekali.." Aku pun ambruk setelah hampir 2,5 jam merasakan nikmatnya vagina mertuaku, yang memang nikmat, meniban tubuh Mama Mona yang sudah lemas lebih dulu.

Aku dan Mama terbangun sekitar jam 12.30 malam dan kami pindah tidur ke kamar Mama Mona, setelah terbaring di sebelah Mama dimana kami masih sama-sama bugil karena baju kami ada di sofa, Mama Mona memelukku dan mencium pipiku.


"Tom, Mama benar-benar puas dech, Mama pingin kapan-kapan coba lagi batangmu yach, boleh khan.."


"Boleh Ma, saya pun juga puas bisa mencoba vagina Mama dan sekarangpun yang saya inginkan setiap malam bisa tidur sama Mama jika Virni nggak pulang."


"Iya, Tom.. kamu mau ngeloni Mama kalau Virni pergi?"


"Iya Ma, vagina Mama nikmat sih."


"Air manimu hangat sekali Tom, berasa dech waktu masuk di dalam vagina Mama."


"Kita Main lagi Ma..?"


"Iya boleh.."

Kami pun bermain dalam nafsu birahi lagi di tempat tidur Mama hingga menjelang ayam berkokok baru kami tidur. Mulai hari itu aku selalu tidur di kamar Mama jika istriku ada syuting di luar kota dan ini berlangsung sampai sekarang.

TAMAThttp://adf.ly/2691y

Aku nikmati istriku digauli orang - 4

 http://adf.ly/2691y
Adegan berikutnya adalah Surti yang menarik tubuh Ramon untuk menindih tubuhnya. Kembali kedua bibir mereka berpagutan. Tangan Ramon memainkan jari-jarinya pada klitoris istriku sesaat untuk kemudian merogohi lubang vaginanya.
http://adf.ly/2691y
Bokong Surti naik turun untuk menjemput jari-jari Ramon agar menusuki lebih dalam lagi.
http://adf.ly/2691y
Surti mengeluarkan jeritan kecil dan desahan,"Acchh.. Nggak tahaann.. Ayoo Mass, aku tak tahan lagii.." sambil pantatnya terus menerus naik turun.
http://adf.ly/2691y
Tahu bahwa sudah saatnya senjata utamanya dilepaskan Ramon bergerak mendaki tubuh Surti dan Surti secara refleks merentangkan paha kiri dan mengangkat paha kan ke bahunya.

Kini saatnya kusaksikan detik-detik kerinduan istriku Surti akan penis gede yang menembusi vaginanya akan kesampaian.

Tangan Ramon meraih kemaluannya yang gede panjang itu dan mengarahkan tepat pada lubang vagina Surti yang telah siap menerimanya.
http://adf.ly/2691y
Dieluskannya kepala penisnya pada celah vagina itu untuk mendapatkan cairan pelumas dari vagina istriku. Dan kemudian.. Mulai nampak ada dorongan.. Dan dorongan.. Dan sekali lagi dorongan.. Dan bleezz.. Blezz..

Istriku yang menyeringai tidak sama sekali kehilangan ke-ayu-annya. Dia sama sekali tidak menunjukkan semacam rasa was-was. Justru dia nampak sangat menantikan saat-saat ini. Penis sebesar itu mungkin akan menyobek vaginanya. Sesaat dia nampak kesakitan. Yaa.. Dia kesakitan..

Aku juga agak panik menyaksikannya..

Surti menjerit.. Mengaduuhh.. Minta ampuunn.. Amppuunn..

Tetapi dorongan Ramon tak pernah terhentikan hingga akhirnya batang gede dan keras sepanjang 20 cm itu masuk amblas kelubang vagina istriku. Bukan main.

Aku sempat menyaksikan bagaimana bibir vagina Surti melesak terbawa masuk saat penis Ramon menembus vaginanya.

Dengan tangannya Ramon merangkul paha dan bibirnya menciumi kaki istriku dan mulai memompa.

Penisnya berayun keluar dan masuk menembusi vagina, "Ohh.. Yaacchh.. Yeezz..".

Vagina Surti mencengkeram dengan kuat setiap tusukkan dan tarikan penis Ramon, akibatnya bibir itu nampak terbawa keluar dan masuk mengikuti iramanya tarikan dan tusukkan.

Semakin banyak Ramon memompa, semakin naik gelinjang syahwat Surti. Kini nampak kepala Surti menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan kenikmatan.

Aku sangat tahu, http://adf.ly/2691y selama 15 tahun ini aku nggak pernah mampu memberikan kenikmatan sebesar itu.
Surti sendiri merasakan hal yang sangat dahsyat. Dinding kemaluannya menjadi demikian mengetat. Rasanya saraf-saraf erotiknya menciptakan jaring yang saling kompak untuk menjepit batangan penis Ramon. Dan hasilnya bagi Ramon maupun Surti adalah rasa sangat legit.

Dalam mengayun atau memompa Ramon memiliki "sense"yang hebat. Terkadang pelan dan pelan sekali, kemudian cepat dan cepat sekali.

Permainan yang silih berganti ini memberikan sensasi erotik untuk syahwat Surti. Dan akibatnya ada semacam rasa haus yang melandanya. Inilah yang disebut sebagai kehausan erotik.

Efek kehausan erotik itu membuat Surti limbung dan memerlukan media untuk penyaluran. Misalnya meremasi kain sprei, atau mencakari lawan seksualnya, atau menggigit bantal. Ramon tahu apa yang saat ini menyerang Surti. Dengan cepat diulurkan jari-jari tangannya ke mulut Surti. Dan benar. Dengan cepat mulut Surti mengulum dan mengemuti jari-jari dan jempol Ramon. Macam anak orok yang menangis dan diam saat diberi dot, Surti menjadi lebih tenang walaupun terus merintih dan berdesah.

Sejenak kemudian Ramon mencabut penisnya dari kemaluan istriku, kemudian menurunkan kaki dari pundaknya. Dia merubah posisi. Ditariknya tubuh Surti ketepian kasur kemudian kembali mengangkat tungkai kaki Surti, kali ini ke-dua-duanya, kembali ke bahunya. Dengan posisi ini penis Ramon kembali menembusi vagina istriku secara lebih melesak ke dalam lagi. Dan saat pertama kemaluan itu masuk, istriku sempat menjerit. Mungkin sekali disebabkan kemaluan panjang itu langsung menyentuh G-spotnya.

Kemudian yang kulihat Ramon kembali mengayun-ayun dan memompa secara ritmis. Surti mengimbangi pompaan Ramon dengan goyangan dan geliat pinggulnya.

Sungguh keduanya nampak serasi dalam kerjasama mengayuh samudra nikmat yang bertara itu. Tiba-tiba Surti bergerak agresip. Dia bangkit dari kasur. Ditariknya lengan Ramon agar dia ganti yang telentang.

Surti naik menindih tubuh Ramon. Dengan duduk mengangkangi, dia raih kemaluan Ramon dan diarahkannya memasuki vaginanya. Dan.. Blezz, batang 20 cm itu langsung tenggelam dalam jepitan ketat vagina Surti.

Kini Surtilah yang bergerak seperti memompa. Gerakan Surti persis seperti orang mencuci di penggilesan. Bedanya adalah, kalau tukang cuci mendorong tangannya yang maju mundur untuk menggilas pakaian yang dicucinya, tetapi Surti mendorong dan kemudian menarik pantatnya untuk menarik dorong vaginanya menggilas kemaluan Ramon.

Dengan cara itu kemaluan Ramon langsung menyodoki G-spot Surti. Perubahan posisi ini rupanya merupakan obsesi Surti dalam upaya menikmati secara maksimal penis Ramon. Aku yang menyaksikannya dari arah belakang melihat bagaimana bibir vagina Surti nampak ketat sesak keluar masuk mengikuti keluar masuknya penis segede itu.

Dengan tambahan inisiatip Ramon yang menggoyang naik turunkan pantatnya, sempurnalah harapan Surti dalam mengarungi samudra nikmat itu. Nampak keduanya saling berpacu mengejar puncak-puncak syahwatnya.

Dan kembali kulihat Surti berada diambang orgasmenya. Dia ayunkan kepalanya ke depan dan ke belakang atau ke kanan dan kekiri sehingga rambutnya yang panjang itu terlempar sana sini seperti rambut penyanyi rock yang sedang kesetanan.

Keringatnya nampak mengalir dalam dinginnya AC kamar. Surti benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggapai kepuasannya. Bermenit-menit telah lewat, gerakan mereka tidak nampak mengendor. Aku yakin Surti mendapatkan multi orgasme. Mungkin orgasme beruntun yang sangat panjang. Dan dia belum akan berhenti.

Berikutnya kembali Ramon yang ganti mengambil peranan. Dipeluknya Surti. Dipagut tengkuknya. Ramon menggeser tubuhnya ke arah punggungnya. Dia dorong Surti hingga merangkak. Ramon asongkan penisnya menembusi kemaluan Surti dari arah belakang. Anjing kawin, itulah gaya yang mereka lakoni sekarang.

Dan Ramon kembali mulai memompa dari arah belakang. Surti kembali melempar-lemparkan rambutnya yang panjang itu. Duhh.. Betapa cantiknyaa.. Banowati ini..

Dalam telanjang dan mengkilat karena keringatnya, Surti menggeliat dan memaling-malingkan mukanya atau mengantuk-antukkan kepala dan http://adf.ly/2691y melemparkan rambutnya ke depan dan kebelakang. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat mendebarkan dan amat erotis. Hingga akhirnya Ramonlah yang kewalahan.

Dia mempercepat pompaannya dan berteriak ke Surti, "Acchh.. Surtii.. Akuu mauu keluarr..".

Dan yang kemudian aku saksikan adalah benar-benar sama sekali di luar perkiraanku. Dan itu sangat memukul harga diriku.

Teriakan Ramon itu disertai dengan menjambak rambut istriku dan kemudian seakan memaksa rebah telentang ke kasur. Dan dengan sigap Ramon bergerak mengangkangi Surti dengan dengan tetap menjambak rambutnya, menekan kepalanya ke kasur dan mengasongkan penisnya yang nampak berurat-urat itu ke mulut istriku.

Semula aku pikir Surti pasti akan menghindar dan menolaknya. Aku tahu persis dia sangat geli atau jijik untuk cara macam itu. Tetapi apa yang terjadi. Dia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda perlawanan.

Bahkan saat ujung penis Ramon menyentuh bibirnya langsung terbuka. Lidahnya menjulur-julur siap menerima apa yang akan tumpah ke mulutnya. Matanya nanar mengamati seluruh sosok Ramon. Mata yang haus dalam penantian.

Dan dengan suara seperti teriakan kemenangan gorilla jantan, Ramon memuntahkan spermanya ke mulut Surti istriku ini. Nampak sesaat istriku gelagapan dan cairan-cairan sperma meleleh keluar dari mulut mungilnya itu.

Berkali-kali batang penis itu mengangguk-angguk setiap kali air mani itu menyemprot. Dan istriku ternyata dengan lahapnya menerimanya. Sungguh aku tak berpikir bahwa Surti akan minum sperma.

Apalagi sperma orang lain. Dia tak pernah menunjukkan gejala suka pada hal tersebut. Bahkan ketika nonton BF ataupun VCD dia selalu mau muntah kalau menyaksikan adegan macam itu. Tetapi kali ini, apa yang membuat dia menjadi demikian lain.

Adakah aku yang baru tahu..?!

Dan ketika penis itu memuncratkan berliter-liter sperma, Surti melahapnya dengan rakus. Bahkan yang tercecer di dagu, pipi, susu dan tangannyapun masih dia colek dan jilati. Benar-benarr.. Deh si Surtikuu..

Ramon langsung telentang kecapaian. Mereka telah bekerja keras untuk kepuasan yang mereka dapatkan. Surti bangun dan kembali mengambil minuman dingin yang disertai makanan kecil, nampaknya sebungkus coklat. Yaa.., itu akan cepat menyegarkan dan memulihkan tenaga mereka. Dia ambil juga untuk Ramon.

Saat itu Surti melihat ke arahku dan kemudian melangkah. Aku buru-buru loncat ke ranjang berpura-pura tidur. Dia melongok ke ranjangku sesaat untuk kemudian balik keranjangnya. Aku yakin dia tidak percaya kalau aku tidur.

Dia tahu aku dan membiarkan aku bebas memilih apa mauku. Dia tak mau menggangguku yang bisa-bisa mengganggu kenikmatan-kenikmatan yang akan dia raih berikutnya.

Beberapa saat kemudian kudengar kembali kecupan-kecupan lembut. Ah.., mereka telah meraih staminanya kembali. Babak-babak lanjutan akan kembali berlangsung. Sesudah aku juga ikut minum dan makan coklat aku kembali ke "connecting door" untuk menyaksikan babak-babak lanjutan ini.

Malam itu mereka bergelut hingga menjelang pagi. Entah berapa kali mereka melakukan persetubuhan. Kulihat Surti berbelas kali meraih orgasmenya. Dia menemukan pengalaman yang orang sebut "orgasme beruntun" atau multi orgasme.

Dia benar-benar bak kuda liar atau cheetah yang lapar. Dan yang lebih aku herankan adalah Ramon yang tetap saja tegak dan tegar melayani istriku di ranjang penuh nafsu itu. Bagaimana kemaluannya tetap saja tegak dan berkilat-kilat untuk terus memberikan kesempatan pada istriku meraih kepuasannya.

Aku sendiri sudah roboh kehabisan spermaku. Aku melakukan berkali-kali onani sambil menyaksikan persetubuhan istriku dengan lelaki itu. Batang dan ujung kemaluanku kini berasa sangat pedih dan panas. Aku nggak tahan lagi menyaksikan mereka hingga usai. Aku rebah ke ranjang walaupun tidak tidur. Segala iri dan cemburuku pupus menerima kenyataan yang terus berlanjut.

Istriku belum bangun saat Ramon muncul di kamarku dalam keadaan sudah berpakaian rapi. Dia minta maaf untuk pergi lebih awal.http://adf.ly/2691y Dia bilang istriku pasti sangat lelah dan membiarkannya tetap tidur. Aku memahami. Kusodorkan amplop imbalan jasa padanya.

Aku bilang, "Kamu hebat. Apa resepnya?", yang hanya dijawab dengan senyuman sambil menerima amplopku.

Saat di ambang pintu dia berbalik dan berbisik padaku. Nafsu syahwat istriku sangat besar. Jangan heran atau kaget kalau istriku akan minta lagi kenikmatan-kenikmatan yang dia dapatkan seperti semalaman ini. Mungkin akan berlangsung hingga beberapa bulan mendatang.

Ah, gayanya macam konsultan psikolog saja. Dia juga pesan sebaiknya jangan lagi panggil dia untuk menghindari tumbuhnya kontak batin yang bisa berkembang menjadi saling terikat. Dia juga tawarkan padaku, kalau diperlukan dia bisa memberikan beberapa alamat pria yang memberikan jasa macam dia.

"Jangan khawatir. Mereka adalah orang-orang yang sehat, santun dan rata-rata cukup terpelajar", katanya sepertinya mempromosikan usahanya.

Istriku baru bangun jam 8 pagi. Dia bilang lapar dan minta aku untuk pesan makanan ke room service. Kami tidak banyak bicara pagi itu. Aku sendiri berlagak "everything is OK".

Sesudah mandi dan makan kami keluar dari hotel. Surti langsung jalan ke kantornya.

Ah.., Jakarta terus bergulir dalam keriuhan paginya. Kemacetan jalan-jalan nampak menelan seluruh jalanan metropolitan ini.

Segalanya berlangsung sebagaimana hari-hari yang lain. Segala luka dan duka seakan terhapus dalam keriuhan ini.

Di kantor aku langsung tenggelam dalam tugas rutinku. Saat jam makan siang istriku menelpon, "Sudah makan, Mas? Makan apa? Enak?", demikianlah se-akan tak ada yang istimewa telah terjadi.

Yah, memang. Bagi Metropoiltan Jakarta, tak banyak yang istimewa terjadi. Kini yang sering datang dalam benakku adalah bisikkan Ramon saat di ambang pintu hotel itu, yang agar tidak heran atau kaget kalau istriku akan minta lagi kenikmatan-kenikmatan yang dia dapatkan seperti semalaman ini.

Akan halnya aku sendiri mungkin mengalami semacam "methamorphose". Rasanya kini aku berubah untuk lebih bisa menerima kenyataan. Atau lebih tepatnya, "lebih bisa menikmati kenyataan".

Bahkan, diam-diam akulah yang ketagihan. Kapan lagi bisa menyaksikan Surti isteriku digauli orang lain dengan penuh nikmat syahwat? Kapan lagi aku bisa mendengar rintihan atau desahannya saat menanggung derita birahi?

Kapan lagi aku bisa menyaksikan bibir mungil dan lidah cantik isteriku menjilat dan menciumi penis gede lelaki lain? Dan bahkan kemudian minum sperma yang muntah di mulutnya? Kapan lagi aku bisa menyaksikan bagaimana kemaluan si jelita yang sempit itu ditindas dan libas oleh penis segede Ramon punya itu? Ah.. Kapan lagi..??

TAMAThttp://adf.ly/2691y

Aku nikmati istriku digauli orang - 3

 http://adf.ly/2691y
Kegaduhan oleh desah dan rintihan histeris berkesinambungan memenuhi kamar hotel itu. Keringatku semakin deras mengucur. Kini jilatan Ramon berubah menjadi tusukkan-tusukkan lidah yang berusaha menembusi rongga vagina Surti bak ikan moa yang mencari sarangnya. Secara reflek dan otomatis istriku meregangkan pahanya sehingga Ramon menjadi leluasa melumatkan bibir dan lidahnya untuk menembusi vaginanya. Bahkan tangan Ramon kini juga sedikit mengangkat tungkai kaki kanan Surti sampai bibirnya benar-benar mampu menyedoti seluruh bibir vaginanya. Tetapi sesaat kemudian.. Tiba-tiba Ramon menghentikan serangannya dan bangkit.
http://adf.ly/2691y
Dia bangun naik ke bantal dan merangkulkan tangan kanannya ke bahu Surti untuk kemudian kembali melumati bibir isteriku. Sementara itu tangan kiri Surti jatuh ke pinggul Ramon dekat dengan kemaluan Ramon yang sejak tadi sudah lepas dari CD-Jourdan-nya.

Dengan sedikit menggulirkan badannya tangan Surti sudah langsung menyentuh kemaluan Ramon yang gede dan panjang itu. Agak kaget Surti menyentuhnya.

Mungkin dia tidak membayangkan bahwa penis Ramon segede itu. Aku sendiri juga demikian. Hal itu tidak sesuai yang tertera di iklannya. Aku kira alat vital itu setidaknya berukuran 20 cm dengan bulatan yang 5 atau 6 cm. Aku deg-deg-an melihat adegan itu. Apa yang akan terjadi nanti. Sementara Ramon sendiri rupanya sudah juga sangat terhanyut. Sudahlah.. 'que sera-sera'.. Terjadilah apa yang akan terjadi..

Ternyata Surti menjadi sangat bergairah. Dengan tetap melayani pagutan bibir Ramon pada bibirnya dia raih kemaluan Ramon itu. Jari-jari lentiknya mengurut-urutnya.

Sungguh suatu pemandangan yang sangat erotis dan penuh sensasi. Kelembutan jari-jari putri ningrat itu mengelusi batang kemaluan kasar penuh otot milik si Ramon.

Surti napak demikian merasakan bagaimana batang itu dalam genggamannya. Dia rasakan gede panjangnya. Dia rasakan kerasnya. Dia rasa-rasakan denyut-denyutnya.

Aku pastikan Surti sedang berusaha melupakan bayangan pada suaminya, aku, yang tak mungkin memberikan pesona erotik yang saat ini sedang dalam rengkuhannya.

Surtii.., aku relaa.. Koq, begitu tangis hatiku yang juga sensasi birahi yang melanda aku. Ya.. Suatu paradoks sedang melanda diri dan kepribadianku.

Tangan Surti terus mengurut-urut penis itu dengan gemas sementara bibir dan lidahnya terus merespon aktif lumatan bibir Ramon.

Kali ini Ramon menunjukkan kehendaknya. Ditariknya tubuh Surti hingga menindih tubuhnya. Dia sorong kebawah kepala dan bibir Surti agar menciumi lehernya, agar juga merambati dadanya. Dia remasi rambut Surti untuk membangkitan gairahnya. Dia ganti yang mengerang untuk memacu libido istriku. Ramon ingin istriku melakukan sebagaimana dia telah lakukan padanya pula. Dia ingin Surti menciumi seluruh tubuhnya. Dan Surti, istriku ini.., dia melakukan hal yang tak pernah dia lakukan kepadaku.
http://adf.ly/2691y
Dia seakan berubah jadi cheetah Afrika yang lapar. Mungkin dia benar-benar telah mabuk tenggelam dalam birahinya, dengan ganasnya dia gigit dan lumati dada Ramon hingga kuyup dengan air ludahnya. Bulu-bulu halus di dada itu membuat Surti bak ular kobra yang meliuk-liuk melata di bukit savanna yang penuh rerumputan itu. Ohh.. Surtii.., istrikuu.. Oouuhh.. Ternyata kk.. Kamu.. Bb.. Bisaa.. Y.. Yyaa..

Orgasme pertama..
Ciumannya merangsek liar ke perut. Puser Ramon dijilati dan di kecupinya. Rambatan bibirnya terus menelusur ke bawah hingga daerah kemaluannya. Nampak penis Ramon mencuat tegak kaku mengganjal hingga ke bahunya. Tangan Surti menyibak rambut-rambutnya itu kemudian menenggelamkan wajah cantiknya ke belantara jembut di selangkangan Ramon. Terdengar kecipak bibir lembutnya pada setiap melepaskan kecupan-kecupannya.

Erangan Ramon, "Ampun Jeng.., ampuunn.." membuat Surti tak menghitung nilainya lagi sebagai perempuan darah biru. Kepalanya terkadang bergeleng-geleng cepat saat menyedot-nyedot selangkangan kanan maupun kiri milik Ramon itu.

Dengan tangan kirinya yang terus menahan kemaluan menuju ke arah perut itu, bibir dan lidah istriku ini merambat ke bola-bola pelir Ramon. Dikulumnya, dijilati dan diisep-isepnya dengan penuh rakus.

Emosi syahwatku terseret kesetanan. Kuperosotkan sendiri celanaku. Kubetot penisku dari CD. Tanganku mengocokinya dengan bergegas-gegas. Aku ditimpa ledakan nafsuku sendiri. Dalam bara iri dan cemburuku apa yang dilakukan istriku pada Ramon dan apa yang Ramon terima dari lahapan istriku pada penisnya membuat aku tergetar.

Ah.. Sangat paradoks.. Iri dan cemburuku berbarengan dengan dorongan syahwatku untuk mengeluarkan desahan juga,
"Terus Surtii.. Teruss.., Masmu ini, suamimu, pengin menyaksikan kamu melahapi seluruh tubuh Ramon, Surtii.., teruus..".

Ternyata Surti memberi lebih banyak. Dia angkat tungkai kaki Ramon hingga posisi pahanya menempel ke dadanya. Dengan demikian arah anal Ramon menjadi terbuka. Kini dengan hidung, bibir dan lidah Surti berusaha "nyungsep" ke lubang anal itu.

Dia jilati bukit kecil dibawah pangkal kemaluan Ramon dan.. Berusaha untuk terus ke bawah lagi. Ramon dibuat "kelimpungan". Kegatalan syahwatnya melanda dengan hebat. Dia mengangkat lebih tinggi pantatnya hingga Surti benar-benar bisa menjilat dan menyedoti anusnya.

Ah, sungguh pemandangan yang sama sekali tak terbayangkan olehku sebelumnya. Lihatlah, Surti si perempuan jelita itu benar-benar menampilkan ke-jalangannya. Dengan berbungkuk-bungkuk dia terus menggerakkan kepalanya mengikuti rambatan lidah dan bibirnya merengkuh kerutan-kerutan anus Ramon.

Kini suara erang Ramon berpadu dengan nafas memburu Surti. Dan.. Oh, rupanya Surti diburu oleh birahinya. Dia merubah posisi. Dia tarik kembali dan rebahkan kaki Ramon untuk ditindihnya. Dengan mulutnya yang kini menyerang kemaluan Ramon dengan mengkulum dan mengisapinya, vaginanya digosok-gosokkannya ke dengkul Ramon.

Aku menyaksikan betapa istriku ini sepertinya ahli bagaimana membawa pria terbang ke awang-awang. Aku heran darimana dia belajar. Mungkinkah dari BF atau VCD yang sering kami tonton bersama?! Dan yang lebih heran lagi keahliannya itu tak pernah dia berikan untukku yang suaminya. Ah, Surtikuu..
http://adf.ly/2691y
Secara khusus aku menyaksikan bagaimana perlakuan bibir dan lidah Surti pada kemaluan Ramon.
Lidahnya merambati pangkal hingga batangnya, kemudian saat mencapai kepalanya tangannya menggerakkan agar posisi kepala itu dalam jangkauan jilatan sebelum akhirnya seluruh bibirnya mencaplok kepala yang memenuhi mulutnya itu. Dia lakukan hal itu ber-ulang-ulang sehingga Ramon jadi kelojotan.
http://adf.ly/2691y
Sesudah itu dia konsentrasikan mulutnya untuk memompa dan sekaligus tubuhnya terus bergoyang menggeliat menekan dan menggosok-gosokkan vaginanya pada tonjolan lutut Ramon dengan frekwensi yang cepat sekali.

Ketika kecepatannya semakin bertambah Surti mengeluarkan erangan erotis yang menandai hadirnya kenikmatan yang melanda seluruh saraf-sarafnya. Rasanya Surti sedang sekarat menjemput orgasmenya. Dan benar. Dengan raungan bak cheetah yang lapar tadi, Surti meraih orgasmenya. Si jelita itu menggeram. Tangannya yang cantik dengan jari-jarinya yang lentik meraih seprei dan apa saja yang bisa diraihnya, menarik-narik acak-acakan seakan hendak merobek-robeknya.

Hal itu berlangsung sekitar 30 detik sebelum akhirnya dia rebah. Rubuh. Sepi. Kecuali tarikan nafas-nafas yang panjang dari kedua insan itu. Hebat.

Ternyata Surti bisa mendapatkan orgasmenya sebelum kemaluan Ramon menembusi vaginanya. Orgasme itu dia raih berkat obsesi dan timbunan syahwat yang selama ini tak tersalurkan.

Dengan perasaan yang semakin iri, cemburu dan penasaran, merasakan ketidak mampuanku, aku sendiri langsung duduk terjengkang ke lantai. Penisku mengangguk-angguk. Tanpa kuharapkan sebelumnya, spermaku yang tak mampu kutahan muncrat-muncrat.

Aku juga mendapatkan orgasmeku. Beberapa saat mereka diam. Aku juga ikut diam.

Surti setengah merem kemudian melek melihat langit-langit. Menerawang jauh akan apa yang baru terjadi. Dia merasakan betapa birahi yang melandanya membuat dia lupa segalanya. Sepintas dia menengok ke pintu kamarku. Ke arahku. Yang nampak pasti hanyalah celah yang gelap. Aku sendiri juga dalam posisi terbengong-bengong.

Mereka berdua menggunakan jeda ini untuk istirahat sejenak. Surti turun, tetap telanjang, menuju ke lemari es yang tersedia. Dia buka dan ambil minuman dingin kalengan. Diambilnya 1 lagi untuk Ramon. Mereka istirahat di tepian tempat tidur. Masih sempat istriku mencium bibir Ramon sambil saling melepaskan senyuman. Aku jadi ikut haus. Aku juga perlu minum. Kuikuti langkah Surti. Kuambil minuman kalengan dari lemari es di kamarku.

Etape 2..
Tidak sulit bagi Ramon untuk kembali memulai pertarungan baru. Dia professional dan sangat kreatif disamping inovatif. Sesudah sejenak istirahat, sementara istriku masih duduk ditepian tempat tidur, dia yang belum menikmati datangnya orgasme secara aktif memulai dengan turun dan merebahkan diri tepat di bawah kaki Surti di karpet kamar yang bersih itu.

Dia renggut kaki yang ranum dan bersih itu. Dia jilati telapak kakinya, kecupi dan kulum jari-jarinya yang lentik dengan kuku-kukunya yang dicat kemerahan.

Kontan sepertinya kena sengatan listrik ribuan watt, istriku menjerit histeris dan berguling ke kasur. Kemudian Ramon dengan buasnya menggigiti tumitnya yang mungil bak telur puyuh itu.

Jilatannya liar menjalar menuju betis-betisnya di tungkai kanan dan kiri. Kembali Surti berguling-guling menahan erotismenya. Nafas istriku terdengar ngos-ngosan menahan derita nikmat syahwatnya.

Dengan cepat diraihnya kepala Ramon agar melepaskan kakinya. Tetapi itu tidak sungguh-sungguh. Dia bukannya menarik, tetapi lebih tepat justru menahan dengan cara meremasi kepala itu. Istriku ini nggak akan melewatkan setiap sensasi erotik yang sedang dia alaminya.

Dari betisnya, Ramon menggulingkan tubuh Surti hingga posisinya setengah tengkurap. Dia kejar lipatan lutut bagian belakangnya dengan jilatan dan gigitan kembali. Kembali aliran listrik menjalari tubuh Surti. Dia mengerang dengan setengah menangis karena nikmatnya.

Sekali lagi aku ingat diriku yang egois ini. Apa yang dilakukan Ramon tak pernah sedikitpun terpikir olehku. Aku jelas telah kehilangan momentum yang sangat penting bagiku di depan istriku ini. Dasar pecundang..

Ciuman Ramon kembali menjalar merambati pahanya. Serasa berjuta semut-semut menyerang Surti saat bulu-bulu kumis dan rambut-rambut tajam di pipi Ramon merambah pahanya yang sangat halus itu.
http://adf.ly/2691y
Ciuman Ramon melaju menuju arah belakang pangkal pahanya. Surti berusaha bangun kemudian terjerembab, lagi-lagi bangun dan kembali terjerembab. Rupanya itu disebabkan tak mampunya menahan gelora syahwatnya yang terdongkrak akibat ulah Ramon ini. Perasaannya bagai dipermainkan gelombang samudra. Kini Ramonlah yang membangunkan Surti.

Ah, tidak. Bukan membangunkan tetapi menarik pinggul Surti hingga berposisi menungging. Hal ini adalah sebagai kelanjutan ciuman dari arah belakang pangkal pahanya yang merambat ke gundukkan pantat Surti. Dengan posisi ini Ramon menjadi leluasa untuk meneruskan ciuman dan jilatannya lebih ke atas menuju anus istriku.

Dengan bertumpu siku tangannya pada kasur serta menaruh kepalanya pada bantal Surti menungging sempurna.

Ramon dengan ganas menjilati bokong dan dubur Surti. Hal ini mungkin untuk mengimbangi istriku yang sebelumnya juga menjilati pantatnya. Aku lihat bagaimana Surti menerima ini dengan amat tersanjung. Dia melenguh seperti anak lembu. Tangannya menggapai-gapai ke belakang berusaha meraih kepala Ramon. Dan saat didapatnya, ditariknya kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke pantatnya. Duhh.. Pasangan yang saling mengerti iramanya gejolak syahwat.
http://adf.ly/2691y
Ternyata situasi berikutnya ini membuat Surti lebih tenang. Dia nampak sangat menikmati apa yang Ramon berikan. Dan Ramon terus bergerak..

Direbahkannya kembali tubuh Surti dan ditelentangkannya. Diangkatnya lutut istriku agar melipat dengan telapaknya duduk di kasur. Ramon menggeser tubuhnya untuk merangkul paha itu dan mulai dengan menjilatinya.

Gerakan Surti menjadi lebih terkendali lagi saat bibir Ramon menangkap bibir vaginanya. Kini dengan halus dan penuh belaian Ramon menjilati vagina Surti. Yang kudengar adalah rintihan yang sayup-sayup keluar dari mulut isteriku. Surti menikmati belaian lidah Ramon di vaginanya. Terkadang berteriak kecil. Mungkin lidah itu menyentuh G Spot-nya.

Bersambung...http://adf.ly/2691y

Aku nikmati istriku digauli orang - 2

 http://adf.ly/2691y
Selama makan malam, beberapa kali aku meninggalkannya dengan alasan ke toilet atau apa. Aku ingin memberikan kesempatan menjalin keakraban di antara mereka. Nampaknya mereka tahu dan memahami tingkahku. Mereka gunakan se-efektif mungkin untuk saling lebih dekat.
http://adf.ly/2691y
Jam 20.30 wib, saat yang pas untuk menyelesaikan acara makan malam ini. Pada Ramon aku berikan kunci kamar 534. Aku ceritakan mengenai "connecting door"-nya itu. Dia langsung beranjak menuju ke kamarnya. Aku jalan sama istriku ke kamar 535.
http://adf.ly/2691y
Rupanya istriku ingin mendapatkan kepastian dariku. Di dalam lift, kebetulan nggak ada orang lain, dia melakukan cek & recek, bahwa aku benar-benar mendukung ide ini. Apa lagi dia tetap memberikan kesempatan padaku untuk mengawasi apapun yang nanti berlangsung. Untuk itulah perlunya ada 2 kamar.

Dia bilang akan kagok apabila aku langsung berada sekamar saat dia bersama Ramon tidur bersama. Tetapi dari kamar lain "silahkan buka sedikit", agar aku bisa mengawasinya selama Ramon berada sekamar dengannya. Walaupun dia sampaikan tidak beruntun, karena birahinya sudah mulai mengganggu konsentrasinya, dia sampaikan idea dan pemikiran logis yang telah dia pertimbangkan itu.

Saat kami memasuki kamar, aku langsung membuka "connecting door"-nya, dan kami ber-tiga kembali berkumpul. Kami cairkan suasana lebih dahulu. Kami ngobrol dulu sesaat. Ahh.. Yang rupanya Ramon sangat profesional dan menguasai medannya, dia mulai memanaskan suasana. Tanpa canggung, dia mendekat dan duduk nempel istriku di pinggiran tempat tidur.

Dia raih tangan istriku dan mengelusinya, sambil cerita bab lain, misalnya masalah Pemilu tahun 2004 dan Siapa Presiden yang tepat untuk Indonesia ini? Sehingga kami semua jadi terpancing memberikan respon. Dan istriku mendapatkan jalannya untuk bersikap lebih wajar, tanpa perlu serta merta menarik tangannya, karena kagok atau malu padaku. Dan aku sendiri berlagak acuh, walaupun adikku di belakang celanaku ini mulai memberontak dan mendesak-desak.

Tahu kalau istriku membiarkan tangannya membelai, Ramon bergerak maju lagi. Dia mempepetkan lagi duduknya, meraih pinggang dan menempelkan hidungnya ke pundak Surti. Dari rona wajahnya yang me-merah aku rasa Surti mulai menggelinjang. Ini adalah lelaki pertama yang bukan suaminya yang telah menyentuhinya. Apalagi Ramon ini sangat tampan. Belum lagi informasinya tentang ukuran alat vitalnya yang selama ini selalu terungkap penuh rindu dalam desahan-desahan birahinya.

Terus terang aku hampir tak mampu menahan rasa cemburu yang luar biasa yang sebelumnya aku pikir akan mudah kuatasi. Tetapi saat melihat langsung di depanku bagaimana lelaki itu memeluki Surti dan sebaliknya istriku ini nampak memberikan respon aktif, hatiku panas serasa terpanggang di atas bara. Jantungku berdegup kencang. Bukannya aku menyalahkan mereka semata, tetapi lebih kepada sikap pecundangku. Lelaki macam apa aku ini?!

Anehnya, di sisi lain aku menikmati rasa cemburu sebagai perangsang sensasi syahwatku. Penisku ngaceng menerima siksaan cemburu luar biasa yang menyala-nyala dan membakar diriku.

Kulihat rona wajah istriku semakin me-merah. Dia memandangku sejenak. Seakan memerlukan kepastian dariku. Aku acungkan jempolku yang gemetar menahan cemburuku sebagai kode dukunganku pada mereka. Kemudian dia mulai dengan tanpa canggung untuk menaruk pundaknya di dada Ramon.

Duuhh.. Ampuunn.. Sepertinya mataku kena 'vertigo'. Topik omongan soal calon Presiden jadi semakin kabur dan kehilangan konteks. Dan aku sendiri sudah harus ancang-ancang untuk 'lengser' ke kamar sebelah.

Dan saat tak ada lagi keraguan dan kecanggungan di antara keduanya, dan saat perkembangan di lapangan demikian maju yang ditandai dengan bibir ketemu bibir antara Ramon dengan istriku, aku langsung berdiri dengan limbung.

Kusaksikan bibir mungil Surti istriku menjemput bibir lelaki lain yang bukan suaminya itu. Bibir mungil Surti mengatup menggigit kecil bibir Ramon. Dan Ramon me-respon dengan penuh nafsu yang memang sejak jumpa pada awalnya tadi aku sudah perhatikan bahwa Ramon ini sangat terpesona akan kecantikan seksual istriku. Mereka semua akhirnya tanpa canggung melakukan itu di hadapanku. Aku berusaha cari pegangan untuk meneguhkan hati. Bukankah itu gagasanku sendiri, dan juga karena aku yang mendorongnya, mengatur dan membolehkannya. Dasar pecundang, uuhh.. Sakitnyaa..

Nampak di mataku dinding-dinding kamar bergoyang. Aku berjingkat menuju ke kamar 534 sebagai seorang suami yang kalah dan membiarkan istrinya digauli lelaki lain. Selanjutnya keadaan menjadi hening.

Tak ada suara-suara kecuali pukulan jantung pada dadaku. Yang kemudian kudengar ialah bunyi halus gesekan lembut dari gerakan Ramon dan istriku. Mungkin mereka rebah bergulir dan berguling ke kasur. Kupingku juga menangkap bunyi samar-samar kecupan bibir-bibir mereka. Aku berpegangan pada dinding..

Sebagaimana yang direncanakan, aku berkesempatan menyaksikan Ramon menggauli Surti istriku melalui 'connecting door' ini. Dengan mematikan seluruh cahaya yang ada di kamarku, aku leluasa menyaksikan Ramon dan istriku tanpa mengganggu keasyikan mereka. Yang nampak hanyalah celah pintu yang gelap.

Kulihat Ramon turun sebentar, sepertinya atas permintaan istriku, untuk mematikan lampu besar, sehingga yang ada adalah cahaya remang-remang yang datangnya dari arah kamar mandi. Akibatnya suasana menjadi lebih romantis dan dramatis tanpa mengurangi kejelasan pandanganku pada mereka berdua.

Derita yang Nikmat

Sebelum kembali berguling ke kasur, Surti maupun Ramon saling melepasi busana pasangannya hingga setengah bugil. Kulihat jari-jari lentik Surti berani dan tanpa ragu meraih ikat pinggang Ramon untuk melepasinya. Tangannya menarik resleiting celana dan me-melorotkannya hingga jatuh ke lantai. Aku sungguh heran, karena ulah itu tak pernah dia lakukan saat bercumbu denganku.

Sementara itu Ramon juga melepasi kancing-kancing blus istriku kemudian rok bawahnya. Kini yang tinggal hanyalah pakaian dalam mereka. Istriku Surti nampak amat sensual. Aku jadi terheran, tubuhnya yang sangat indah dengan wajahnya yang merona karena mengandung gejolak syahwat membuat dia menjadi ratusan kali lebih cantik dari biasanya. Aku tak pernah melihat gairahnya yang macam itu selama ini.

Dengan CD dan BH Armani-nya yang putih membuat si cantik ini menjadi Diva. Sepertinya aku menyaksikan dewi Banowati yang sedang turun dari peraduannya untuk menyongsong satria impiannya Arjuna. Rasa-rasanya untuk semua ini, Surti benar-benar menyiapkan diri tanpa setahuku. Bukan kebetulan kalau hidungku sempat sepintas menangkap semerbak bau Channel no.5 yang mahal banget itu yang akan dengan cepat bisa merangsang nafsu seksual lelaki manapun.

Menyaksikan semua yang berlangsung di depan mataku itu cemburuku menggelegak menyertai dan membakar sanubariku. Darahku langsung panas dan naik meloncat ke-ubun-ubun. Mataku nanar menyaksikan sebuah sensasi perselingkuhan isteriku dengan lelaki lain yang justru aku sendiri yang merancang dan menyiapkannya. Jantungku memukul-mukul dadaku seakan hendak berontak meledak. Tetapi kesadaranku secepatnya berusaha melerai. Bukankah ini juga keinginanmu? Keinginan syahwatmu? Kenapa mesti cemburu? Nikmatilah! Saksikan hal-hal yang akan terjadi di depan matamu kini dan nikmatilah.

Sementara itu sang Arjuna Ramon tampil seperti lelaki yang anggun. Wajah Semit-nya masih tergurat dari hidung dan kumisnya yang lembut itu. Dadanya yang penuh bulu lembut rasanya nikmat untuk jadi sasaran jilatan dan gigitan Surti. Bulu-bulunya itu berkesinambungan turun hingga tepian CD Charles Jourdan-nya yang kemudian lanjut pada kedua tungkai kakinya. Dan pasti bulu-bulu itu melebat di selangkangan dan seputar kemaluannya. Nampak penisnya membuat guratan besar melintang di Charles Jourdannya dengan alur ke-arah kanan sepertinya bungkusan pisang tanduk dari Bogor.

Penisku langsung ngaceng banget seperti dongkrak membayangkan apa yang selanjutnya akan terjadi.
Sejenak mereka saling memandang. Dari raut wajahnya nampak sekali mereka saling mengagumi dan terpesona. Kemudian dengan senyuman-senyuman yang penuh syahwat mereka saling berangkulan. Bermenit-menit mereka berpagut, saling memainkan bibir dan lidah dan sedot-menyedot sebelum akhirnya kembali berguling ke kasur.

Sebagai pelayan jasa Ramon menunjukan servicenya yang prima. Dengan kelembutan yang dahsyat, dia meneruskan pagutan bibirnya, Tangan kirinya memeluki tubuh Surti dan tangan kanannya mulai bergerilya mengelusi, meremas, mencubit kecil dan mencakar secara lunak bagian-bagian peka istriku yang berada di bahu, ketiak, buah dada berikut puting susunya. Istriku langsung terbang ke-awang-awang.

Matanya setengah tertutup membeliak ke atas menyisakan bagian putihnya. Desahan nafas, erangan dan rintihan halusnya mulai terdengar sangat erotis. Di tempatku, tetap dengan kobaran iri dan cemburu yang luar biasa aku blingsatan mengelusi tonjolan kemaluanku dalam celanaku. Aku juga mendesah pelan menahan gejolak darah syahwatku yang menyala-nyala dalam sakit dan cemburu itu.

Ketika tangan-tangan berbulu Ramon terus mengelusi perutnya, bahkan kemudian turun untuk mengelusi CD Armani, terdengar lenguh panjang,

"Aahh.. Yaacchh..", dari bibir istriku. Rasanya Surti sudah mulai memasuki keadaan "trance".

Sementara dengan ketat tangannya mempererat pelukannya pada tubuh pria anggun Ramon itu, pagutan panas bibirnya tak henti-hentinya ber-kecipak dalam lumatan-lumatan berkesinambungan. Dia ber-gelinjang dan menggeliat-geliat-kan pinggulnya menahan derita nikmatnya.

Ramon melepaskan ciumannya dan menggiring lidah serta bibirnya turun ke leher, kemudian ke dada. Dengan hidungnya yang mancung itu dia dorong tepian BH Armani istriku hingga buah dadanya yang bak bukit surgawi itu menyembul ranum membawa pesonanya. Bibirnya langsung mengisapi lingkaran pentil-pentilnya. Tentu saja tanpa tertahankan lagi Surti kontan mengaduh kecil dan menggeliat-geliatkan dadanya.

Melihat reaksi yang demikian dari Surti, Ramon semakin bernafsu dan meningkatkan serangannya. Jari-jari tangannya merambati celah CD Surti dan menyusup merabai bibir kemaluan istriku itu. Antara mengelus, memelintir dan menusuk-nusuk halus, jari-jari yang relatip cukup gede dan panjang itu benar-benar memberikan kenikmatan tak bertara kepada istriku.

Aku ikut gelagapan, sesak nafasku menyaksikan reaksi istriku..

Serangan Ramon berlanjut dengan ciuman dan gigitan kecil di permukaan perut Surti. Secara spontan istriku ini meraih rambut Ramon dan meremasi dengan penuh gereget birahi. Desahannya makin panjang dan nyaring. Rasanya dia tak lagi mempertimbangkan aku sebagai suaminya yang juga berada di dekatnya.

Dalam gelegak penuh iri dan cemburu ini justru rasa kenikmatanku hadir melihat apa yang aku saksikan kini. Kemaluanku sangat membengkak. Pasti "precum"ku sudah membanjir pula. Aku menikmati secara seksual "rasa takluk" pada lelaki macam Ramon ini. "Rasa takluk" itu merambati dan menelikung diriku untuk bertekuk lutut pada keperkasaannya yang bisa membuat istriku tunduk mengikuti gejolak nafsunya. Rasanya "rasa takluk" macam itu bisa membuat aku "rela" di rendahkan ataupun di hinakan.

Diinjak kepalakupun aku "rela". Dan "rela"-ku itu merupakan bentuk nikmat nafsu birahi yang merambati aku saat ini. Ciuman Ramon turun lagi. Rambut kemaluan istriku yang sudah mulai tersentuhya dia jilati dan isap satu-satu. Remasan tangan istriku semakin keras dan menyakitkan kepala Ramon. Dia menyeringai tetapi tidak mengendorkan serangannya.

Akhirnya bibir Ramon mulai menggarap bibir vagina Surti. Kali ini tak terbendung lagi. Surti melonjak-lonjakkan pantatnya, melepaskan tangannya untuk berpindah menariki dan meremasi sprei hotel hingga tempat tidur itu menjadi awut-awutan. Teriakkan histeris erotiknya tak lagi terkendali. Suara gaduh memenuhi kamar bintang 4 yang kedap suara itu.

Aku juga ikut gaduh dalam emosiku. Keringatku mulai mengucur kepanasan walaupun berada dalam ruang AC yang dingin. Aku ikut kelimpungan sambil terus melotot mengamati si Ramon terus meningkatkan jilatan dan lumatannya.

Aku jadi sadar.. Aku menyadari apa yang Ramon lakukan itu tak pernah aku berikan pada istriku. Aku bisa mengerti apabila reaksi dan akibatnya menjadi demikian erotis sensasional baginya.

Ah.. Betapa aku egois, kurang tanggap dan tak mau melakukan inovasi. Dan akhirnya pengalaman nikmat tinggi macam itu justru didapatkan dari orang lain.

Bersambung... http://adf.ly/2691y

Aku nikmati istriku digauli orang - 1

Sesudah kami menikah lebih dari 15 tahun, aku merasakan adanya kurang puas istriku dalam hal hubungan seks kami selama ini. Beberapa bulan terakhir ini apabila kami berhubungan, khususnya saat-saat istriku gairahnya naik dan kemungkinan sedang menjelang orgasmenya dia selalu mengerang dan mendesahkan kata-kata,

"Gede-in dong, Mas, ayoo, gede-in lagi, Mas.. Ayyoo. Mas aku pengin lebih gede lagii.."

Dan aku mesti tanggap akan desahan macam itu. Hal itu terutama karena aku maupun istriku meyakini bahwa desahannya itu tak mungkin aku penuhi. Penisku yang, yahh.., sedang-sedang saja mungkin jauh dengan khayalan kami, aku dan istri, yang selama ini juga termasuk senang nonton BF baik VCD maupun via internet.

Kita semua tahu tontonan fantasi itu banyak memicu libido kami yang memang sering kami perlukan untuk mencari variasi dalam hubungan seks kami. Dan di sana kita menyaksikan betapa para cantik dan tampan plus perlengkapan mereka yang nempel sebagai bagian tubuhnya seperti penis, buah dada dan pantat maupun yang palsu seperti "dildo" dan sebagainya ukurannya sungguhlah ideal fantastis.

Dan itu akhirnya yang menjadi obsesi kami, termasuk yang akhirnya tersalur dalam desahan istriku tadi. Suatu malam ketika kami dalam keadaan asyik masyuk, pada saat-saat menghadapi puncak-puncak gairah birahi, kudengar kembali desahan itu,

"Mas, gede-in dongg.., ayyoo, mass.. Gedeinn.., aku pengin yang gedeeii.. Mass..".

Ah, Surti.., benarkah ucapanmu itu..?? Benarkah ke-inginan kamu itu..?? Aku setengah bertanya dalam bisu. Aku tidak berani bertanya secara langsung.

Aku belum tahu akan risikonya apabila dia benar-benar menginginkan hal itu. Aku juga takut kalau dia benar-benar menginginkan dan aku tidak mempedulikan. Aku merinding dan gemetar kalau membayangkan dia sendiri yang mencari jalan diluar pengetahuan saya. Aku sangat takut dia melakukan selingkuh. Aku sangat mencintainya. Aku percaya, kalau dia mau, dengan gampang mendapatkan lelaki macam manapun yang dia inginkan. Kecantikan dan sensualnya akan dengan cepat membuat setiap lelaki siap memuaskan syahwatnya.

Aku sangat menderita apabila memikirkan semuanya itu. Aku demikian gelisah dan gundah hingga sering terbawa dalam mimpi-mimpiku. Hanya pada mimpiku terakhir beberapa malam yang lalu dari tidurku yang sama sekali sulit untuk nyaman, aku mendapatkan perasaan yang aneh.

Sepertinya aku sedang menyaksikan istriku digauli dan berhubungan seks dengan seorang pria yang sangat tampan. Yang aneh adalah aku merasakan birahi saat menonton Surti yang berteriak histeris dilanda nikmat syahwatnya. Sayang aku terbangun sebelum mimpiku selesai. Penisku ngaceng dan birahiku yang masih menyala-nyala mendesak-desak untuk diselesaikan. Pagi itu aku melakukan onani tangan dengan mengingat-ingat bagaimana istriku dengan penuh nafsu secara aktif meladeni segala kemauan pasangannya sebagaimana yang kusaksikan dalam mimpiku. Aku merasakan kepuasan yang amat sangat saat spermaku muncrat-muncrat..

Yaa.., aku merasakan kepuasan syahwat yang luar biasa dengan mengingat gambaran istriku digauli orang lain. Sejak saat itu, aku sering onani dengan membayangkan istriku Surti, digauli lelaki lain.

Pada suatu hari saat aku beranjak pulang dari kantor, saat aku bosan dengan berbagai hal aku iseng beli "koran got". Aku suka sebut dengan "koran got" itu karena isinya memang pantes untuk dicemplungkan ke-got saja. Isi koran itu hanya penuh berita kriminil, kecelakaan yang serem-serem atau cerita hantu atau penyelewengan suami istri yang diungkapkan secara vulgar. Tetapi koran itu sangat laris. Pembacanya adalah masyarakat kelas bawah yang memang haus hiburan seperti tukang ojek, supir metro-mini atau pedagang K-5.

Singkat cerita sesudah membaca "head line"-nya aku langsung aku membuka-buka halaman bergambar untuk sekedar pelipur lara dan tak kulewatkan juga membaca larik-larik iklan mini.

Pada kelompok iklan Panti Pijat aku baca sederet iklan.

Ternyata banyak informasi yang membuat libido bergoyang. Antara lain, lihat, Panti Surgawi, buka 24 jam, sedia pemijat cantik dan ganteng. Hubungi no. HP xx8907. Kemudian lainnya, Pijat Gairah untuk suami istri, ditanggung memuaskan, hubungi 021-8877xx. Dari sekian iklan itu tiba-tiba ada iklan yang menarik bagiku, bunyinya begini, Pijat Sehat hubungi Pria, Ramon, usia 28 tahun, turunan Arab, tinggi 175 cm, berat 65 kg, tampan, berkumis dan bulu dada, size 18/5, ditanggung memuaskan. Bisa dipanggil ke rumah atau hotel. Hubungi 24 jam, HP no. 0818xx.

Ah, aku jadi langsung ingat istriku. Aku mau tunjukkan padanya iklan macam itu. Aku pengin tahu, adakah macam itu yang memang dia butuhkan. Yah, tetapi aku tetap harus hati-hati, agar tidak meninggung perasaannya. Cari" timing"-lah.

Tadi malam aku kembali mendengar desahan itu. Saat-saat aku konsentrasi untuk melepas spermaku dia kembali,

"Gede-in Mas, ayoo.., gede-in dulu Mas.. Yang gede yang enak, Mas..".

Bagaimana mungkin? Dan aku terus saja mengayunkan kemaluanku yang pas-pasan ukurannya ini hingga spermaku tumpah ke liang vaginanya.

Tetapi kali ini ada yang aku cemaskan.

Kali ini dia, Surti istriku ini mengakhiri hubungan seks tanpa mendapatkan orgasmenya sama sekali. Aku tahu itu. Aku tahu apabila dia mendapatkannya dia akan menunjukkan luapan emosi syahwat yang nyata banget. Tetapi kali ini tidak. Dan itu nampak membuatnya kecewa dan menderita. Dan akhirnya kami tidak bisa tidur hingga larut malam. Pada kesempatan itulah aku tunjukkan padanya koran yang kubeli dan kusimpan untuknya.

"Bagaimana, Ma, kalau itu kita coba saja? Mama percaya nggak ada iklan ini?"

Istriku ini sesungguhnya sangat pemalu, termasuk di depan aku suaminya. Walaupun dia baca juga iklan itu dia nggak akan menjawabnya untuk tawaranku macam ini. Dan akulah yang harus mengerti sendiri jawabannya. Dan ada satu hal lagi, yang rasanya kini justru datang dari aku sendiri. Kebiasaanku onani dengan membayangkan lelaki lain menyetubuhi istriku Surti mendorong syahwatku untuk melihat secara nyata kejadian itu.

Aku ingin mimpi-mimpiku itu menjadi kenyataan. Duhh.. Gigiku gemelutuk menggigil dan gemetar dengan apa yang mungkin akan terjadi..

Aku jumpa istriku saat sama-sama kuliah di UKI. Dia adalah yuniorku dengan selisih 3 tahun kuliah. Surti, demikian panggilannya, memiliki postur tubuh yang langsing dan getas. Dengan warna kulitnya yang coklat kuning, dia masih termasuk punya darah biru. Kecantikannya dikenal di seputar kampus. Dari sekian pesaing, akulah yang beruntung menjadi pemenangnya untuk mengajak ke pelaminan.

Orang tuanya masih ada hubungan sebagai cucu raja Jawa, entah dari permaisuri atau selir yang ke sekian. Dengan tinggi yang 167 cm dan berat 55 kg, dia nampak sangat sportif dan lincah. Sepintas posturnya mengingatkan figure Dyah Permatasari yang bintang sinetron itu. Dua orang anak hasil perkawinan kami dibesarkan di Solo sesuai dengan keinginan mertua kami agar lebih mengenal tradisi dan budayanya.

Di Jakarta kami masing-masing punya kegiatan dan bekerja. Kami memiliki cukup materi dan lingkungan social yang baik. Kami sama-sama sepakat bersikap demokrat dan liberal dalam memandang liku-liku kehidupan ini. Kami terbiasa berfikir positip dalam banyak hal. Dalam hal hubungan seks, saat ini kami lakukan sebagai penyaluran kebutuhan biologis semata. Dan itu kami lakukan dengan semangat rekreasi dengan penuh kesenangan.

Dan untuk masalah iklan tadi kini aku nggak akan tanya untuk yang ke 2 kali. Aku cukup lihat cahaya di matanya. Aku tahu aku harus mengambil inisiatip. Artinya dia mempercayakan padaku dan aku bertanggung jawab atas apapun risiko yang akan dihadapi. Saat itu pula, jam 23.35 WIB, tanpa ambil risiko memakai nomer telpon rumah, aku putar no. HP-nya melalui HP-ku.

Sesaat kemudian ada jawaban. Ternyata aku berhadapan dengan mesin rekaman yang minta agar aku merekam pesanku pada HP-nya. Aku lakukan dengan cukup mengatakan, "Hubungi kami segera".

Ternyata tidak sampai 10 menit HP-ku bergetar. Aku memandang istriku, tetapi dia nampak acuh saja. Kuraih HP dan kubuka jawaban, "Hallo".

Benar, aku menghadapi dan berbicara dengan Ramon. Dia minta maaf tidak segera membuka HP-nya karena kebetulan sedang membereskan buku-bukunya. Dia ceritakan bahwa saat ini sedang melanjutkan kuliah untuk meraih S2-nya. Dia seorang arsitek. Dia memang memerlukan dana untuk kelanjutan kuliahnya. Dia menyerahkan padaku di mana dan kapan kami sama-sama jumpa. Dan dia sangat tahu problem macam kami. Dia akan berusaha sebisanya untuk menolong kami, katanya. Ah, kedengarannya santun dan intelek banget. Benarkah?

Aku ceritakan pembicaraanku dengan Ramon pada istriku. Dia tetap saja menunjukkan ke-acuhannya. Tidak menolak dan tidak meng-iya-kan. Mungkin dia malu untuk menunjukkan girangnya. Siapa tahu.
Aku janji besok untuk mendapatkan konfirmasi tempat di mana yang paling nyaman dan aman. Kami tidak ingin hal macam ini mesti ketemu orang lain yang kami kenali.

Hotel IBS, kamar 534 535. Ini sebetulnya permintaan istriku, yang akhirnya keluar juga omongannya, alasannya nanti dia akan ceritakan saat ketemu sore nanti.

Dengan cara rasional dan praktis saja, aku dan istriku sepakat ketemu di restoran hotel jam 19.00 wib. Kupikir ada baiknya si Ramon juga kami temui dulu di tempat tersebut. Jadi kami sama-sama makan malam sekalian.

Ternyata aku dan Ramon datang lebih dulu. Istriku belakangan karena terjebak macet dari kantornya yang di jalan Sudirman. Sementara menunggu aku sempat sedikit memberikan introduksi kepada Ramon bagaimana kami sebagai suami istri. Aku tidak tahu apakah hal ini ada gunanya. Dan yang lebih penting lagi, ternyata Ramon ini orangnya sangat "handsome" dan nampak cerdasnya.

Dari ceritanya yang tak terlampau banyak, aku tahu bagaimana dia memandang hidup ini juga pragmatis dan positip saja. Jadinya tidak begitu beda dengan kami. Mengenai usia istriku yang hampir 38 tahun, lebih tua 10 tahun dari dia, bagi Ramon nggak masalah.

Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jasa untuk Ramon tidak ada masalah. Dia akan tidur menemani istriku hingga besok pagi. Dan, sesuai dengan yang tersebut dalam iklannya, dia juga tawarkan kepadaku kemungkinan untuk "threesome", bersama bertiga dalam satu ranjang. Jawabanku adalah, untuk yang pertama ini biarlah aku menyaksikan saja dari balik pintu kamar sebelahnya.

Nampak istriku di ambang pintu restoran mencari kami dan kemudian mengajukan langkahnya. Duh, cantik benar Surtiku ini. Mungkin dia datang terlambat untuk ke salon mempercantik diri dulu. Lihatlah, lantai granit restoran yang mengkilat ini membuat bayangan tubuhnya bak peragawati sedang melangkah-langkah di "catwalk"-nya. Dia benar-benar bidadari.

Dan sesaat sesudah istriku datang dan sejenak duduk, sambil bersalaman kenalan dengan spontan penuh kekaguman Ramon membisikkan padanya bahwa "Jeng Surti" amatlah cantik. Hal ini menjadi sangat penting dalam perjalanan petualangan ini selanjutnya.

Sikap istriku langsung cair yang ditunjukkan dengan senyumannya yang sangat menawan itu. Panggilan "jeng" yang lekat dengan budaya Solo ini membuatnya langsung akrab antara ke-duanya. Ramon ini sangat paham psikologi orang rupanya. Tentu saja, walaupun kobaran cemburuku menyala, hatiku gembira melihat perkembangan yang terjadi.

Syahwatku mengaliri urat-urat darahku. Kini aku sangat ingin selekasnya menyaksikan bagaimana istriku ini digauli orang lain. Aku pengin melihat bagaimana dia menerima kenikmatan syahwat yang akan diberikan Ramon padanya. Aku pengin lihat bagaimana wajahnya yang terhanyut dalam ayunan gairah libido bukan dengan aku, suaminya. Dan aku pengin lihat, bagaimana istriku menikmati kemaluan Ramon yang gede itu. Ahh.., rasanya celana dalamku menyesak.

Bersambung...

Kamis, 14 Juli 2011

Akibat berbuat baik

Aku tinggal di salah satu kota di Canada, kira-kira sudah hampir 6 tahun. Aku tinggal sendiri di salah satu gedung apartemen dekat down town area. Kamarnya satu, ada ruang tamu, kitchen, balcon buat smoking, murah juga. Kadang teman-teman menginap, meminjam komputer, karena milikku pentium ii, dan semua software, games etc aku punya. Jadi mereka betah nginep di sofa, atau bawa sleeping bed. Also, aku punya 50 inch TV, DVD player, Video, games dan lain-lain, jadi tempat ini siip. Aku bukan orang yang berada banget, semua itu hadiah dari saudara-saudara yang ikut bahagia karena aku bisa sekolah disini. So, syukurlah.

Mungkin karena apartemen dan barang-barang electronic di rumahku, aku dikagumi wanita-wanita orang putih di sini. Dikira aku loaded banget, alias rich boy. Jadi banyak yang tidak nolak kalau aku ajak jalan. Bukannya mau show-off, but aku bisa mendapatkan perempuan yang aku mau kapan saja, tapi aku nggak mau perempuan yang mencintaiku karana harta kekayaanku.

Soal pacaran, aku tidak pernah punya berlangsung lama, karena aku salah gaul. Tiap-tiap wanita yang aku pacarin, semuanya mata duitan. Kalau tidak dibeliin barang ini, atau itu, marah deh, terus mau putus. Jadi sudah kira-kira 2 tahun aku tidak ada gandengan.
Terus satu hari, aku menang lotre $300. Aku pergi ngambil duitnya dari salah satu gedung lotre tersebut dan jalan menuju pulang. Waktu itu lagi agak dingin, salju lagi turun sedikit-sedikit. Terus, waktu lagi jalan, tiba-tiba ada suara "Excuse me, spare some change?" Aku lihat ke arah kiri, ada dua gadis lagi duduk di lantai depan Starbucks Cafe sambil tangannya di ulurkan ke arahku. Yang satu lagi hanya duduk merangkul kakinya.

"Duh kasihan banget" pikirku. Aku berhenti, meraba kantong celanaku, dan aku keluarkan 2 helai $5.
"Ini, silakan", aku bilang.
"Terima kasih Mas," kata gadis yang memegang uang.
"Terima kasih kembali" kataku lagi, sambil jalan pergi. Memang benar, setelah aku memberi uang tersebut, ada rasa yang hangat dalam hati. Sesampai di apartemen, aku cari sleeping bag bekas dan beberapa baju tebel. Tapi saya lupa kalau semuanya sudah kusumbang ke Salvation Army beberapa minggu yang lalu. Terus aku pikir, hmm, sudah mau natalan, teman-teman pada pulang ke Indonesia, aku nggak ada teman main.., gimana kalau aku undang saja tu cewek.

Lalu aku pergi ke tempat kedua gadis itu. Tapi mereka sudah nggak ada lagi. Aku lihat kiri dan kanan dan ternyata kedua gadis itu ada di depan McDonald's, sambil megang kantong buat memesan makanan. Aku tunggu mereka di deket Starbucks Cafe, dan sewaktu mereka melihatku lagi, si gadis yang aku kasih uang tadi senyum padaku dan bilang "Hi, lagi ngapain Mas?, Traktir kita dong?" sambil tertawa.
Aku senyum saja "Oke, Nich beli aja". Si cewek yang aku kasih duitnya, namanya Lily dan cewek yang satunya lagi ternyata adiknya, bernama Lianne. Lily berumur 17 dan Lianne berumur 14. Mereka datang dari kota lain dengan cara hitchhike. Aku jongkok dengan mereka, ngobrol-ngobrol sebentar, sambil nebeng makan kentang gorengnya yang di tawari Lianne.

Kurang lebih setengah jam kemudian, entah kemasukan apa, aku ajak mereka ke apartemenku untuk menginap. Mereka kaget. Pertamanya sih pada nggak mau, tapi abis aku yakinkan, bahwa aku tinggal sendirian, tidak ada teman dan bla bla bla, mereka akhirnya mau juga.

Sesampai di apartemenku, mereka ber wah.., wah.., wah. Aku dimintai handuk buat mandi. Ternyata mereka nggak pakai baju tebal-tebal banget. Si Lily cuma memakai t-shirt Marilyn Manson, sweater gap yang kotor dan jaket kulit, dan Lianne memakai lebih tebal, mungkin karena diberi sama Lily.

Dua-duanya memang cakep sih, kulitnya putih banget (habis orang putih sih), nggak tinggi banget, kira-kira 160 cm. Lily berambut pirang kotor (dirty-blonde) sebahu, dan Lianne berambut pirang terang, seleher lebih dikit, agak berombak. Aku beri 2 pasang t-shirtku dan beberapa celana pendek milik bekas pacarku. Mereka masuk ke kamar mandi bersama dan dan aku cuek-cuek saja, habis adik-kakak. Aku siapkan hot chocolate dan cookies.

Sehabis mereka keluar dari kamar mandi, waduh, cantiknya mereka berdua minus make-up tebal, ikat rambut, dan garis-garis hitam di muka. Seperti mimpi degh. Belum pernah aku melihat kecantikan semacam itu. Mungkin di majalah, dan film, tapi mereka ada didepanku. Lily memakai t-shirt GAP-ku yang berwarna putih, tanpa bra, karna aku bisa melihat putingnya yang pink dengan jelas. Lianne memakai t-shirt Planet Hollywoodku yang berwarna putih juga dan without bra.

Setelah itu kita ngobrol-ngobrol sambil minum hot choco. Lianne orangnya pendiam, tapi senyum terus. Kalau Lily agak energetic dan bawel. Sewaktu kita ngobrol-ngobrol, si Lianne berdiri dan berjalan menuju kulkas.
"Mau Minum Champagne?" tanyanya.
"Boleh", kataku, "Tapi.., kamu kan masih anak-anak" kataku sambil tertawa karena aku pikir si Lianne cuma bercanda.

Dia buka botol champagne tersebut dan meminumnya sedikit, lalu dia bawa buat kakaknya, Lily. "Gile, dikirain becanda" pikirku.

Beberapa jam kemudian, ruang tamuku berasa agak panas, soalnya heaternya rusak. Aku meminta izin untuk tidur, tapi dipaksa temenin ngobrol. Aku suruh nonton TV saja, tapi mereka tidak mau. Kelihatannya sih dua-duanyajuga sudah agak mabuk, soalnya pipi mereka merah banget, dan ngomongnya sedikit ngacau.

Terus aku suruh mereka tidur di kamarku yang queen-sized bed, dan aku tidur di sofa. Mereka menarikku untuk tidur dengan mereka. Waduh, rezeki, pikirku.

Aku ikut saja, tiba-tiba mabuk dan puyengku hilang! hehehehe, mungkin karena pikiran kotor dan feeling bahwa aku akan score dengan mereka berdua.

Kita tiduran di ranjangku, terus aku memeluk Lily karena dia lebih deket dengan tanganku. Aku menciumnya dan dibalas juga ciumanku. Tanganku bekerja dari rambutnya, leher, sampai payudaranya yang lumayan besar buat anak 17 tahun. Kulepas T-shirtnya dengan cepat karna sudah napsu banget Lama tidak dapat!

Kusedot-sedot dengan kencang puting susunya, dan Lily merintih rintih Aku melirik ke arah Lianne, ternyata dia berbaring sambil nontonin kita. Aku cuek saja dan nerusin plorotin celana dan celana dalam Lily. Bulu kemaluannyamasih jarang-jarang dan berwarna pirang juga. Hmm.., lezat.., sudah lama nggak dapat nih, pikirku sambil memainkan lidahku di liang kenikmatannya yang sudah merah. Kumainkan lidahku di clitorisnya dengan cepat, dan lily merintih rintih. Rintihannya semakin membuatku buas. Aku keluarkan teknik cunnilingus yang diajari teman jepangku, "teknik meminum air". Lily meraung raung seperti orang kesetanan, tangannya menjambak rambutku dan pinggangnya naik turun. Setelah dia beberapa kali orgasme, aku cium seluruh tubuhnya sampai bibirnya. Terus dia berkata "do my sister"

Aku melihat ke arah Lianne dan dia sudah telanjang dan bermain dengan klitorisnya. Aku cium dan sedot payudaranya yang masih belum matang (maklum 14 tahun), dengan putingnya yang pink. Lianne menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ekstasi. Pelan-pelan kucium seluruh tubuhnya sampai ke arah liang kewanitaannya. Wah, merah dan rapet banget! rezeki besar. Kumainkan lidahku di liang kewanitaannya, bermain di clitorisnya. Lianne merintih-rintih. Aku keluarkan tehnik meminum airku sampai lianne orgasme dua kali juga.

Kemudian aku berbaring dan kakak-adik itu menciumi seluruh tubuhku. Aduh, aku merasa duniaku akan hancur, saking enaknya. Sampai mereka lepas celana boxerku dan bermain dengan penis dan bolaku. penisku nggak besar-besar banget sih, normal buat orang bule! he.., he.., he.., he.., kira-kira 7 inchi, tebal dan berurat. Mereka berdua berebut penisku, dan akhirnya aku menarik Lianne buat duduk di mukaku. Lianne membuka kakinya dimukaku dan aku bagai disurga! setelah Lianne orgasme lagi, aku tidurkan dia di sampingku, dan aku suruh Lily untuk naik menunggangiku.
Dengan pelan-pelan, Lily naik memasukkan penisku ke liang kenikmatannya dengan susah.

Setelah kusuruh dia membasahi penisku dengan ludahnya, akhirnya amblas juga penisku. Setelah masuk penisku semuanya, pelan-pelan aku naik turun dan bergerak memutar, sambil memijat-mijat payudara Lily yang tegak dan kenyal. Aku pelukLily sambil menghunjam penisku dengan cepat. Lily berteriak teriak keenakan sambil cursing. Kusuruh dia berbalik, punggungnya menghadap dadaku. My favorite position. Aku naik turun dengan cepat juga sambil aku menyuruh Lily untuk menggoyangkan pinggulnya sambil memijit-mijit payudaranya. Entah berapa kali aku merasakan sesuatu yang hangat di penisku dan Lily berteriak, "Aahh.. fuck.. shit!

Saya rasa dia orgasme sampai 3 kali! Aku jilat cairan kewanitaannya sampai bersih, terus pindah ke Lianne. Aku jilat dan basahi lagi liang kewanitaannya yang masih merah dan berdenyut-denyut. Aku coba untuk memasukkan penisku tapi liang senggama Lianne masih kecil banget. Aku naik ke mulut Lianne dan menyuruh buat mengisap dan membasahi penisku. Dengan mata tertutup setengah sadar, dia melakukannya. Setelah cukup basah, aku coba lagi. Sempit banget! tapi senti demi senti masuk semuanya juga Lianne meraung-raung kesakitan. Aku goyang pelan-pelan, sambil menyedot puting susunya yang masih pink dan muda banget, missionary style.

Terus aku menyuruhnya berbalik, doggie style, tanpa melepas penisku dari liang kewanitaannya. Aku dorong-dorong, memutar, naik turun seperti rodeo, sambil memeluk tubuh Lianne yang meronta-ronta seperti ikan kehabisan air aku cium rambutnya, menggigit gigit pelan bahunya dan memainkan jari-jariku di kelentitnya.

Sekitar 20 menit kemudian, setelah beberapa gaya dan setelah Lianne orgasme untuk ke entah berapa kalinya, aku keluar juga. Aku tiduri mereka berdua side by side dan memuncratkan spermaku ke muka mereka.

Sehabis itu kita tidur, tapi aku belum puas juga dengan Lianne yang liang kenikmatannya sangat rapat. Dengan posisi 69 aku bermain dengan liang surganya, entah sampai berapa lama.

Besoknya, di meja makan, kita ketawa-tawa dan bercanda-canda. Tapi malamnya, mereka bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Ternyata mereka di perkosa oleh pacar ibu mereka, dan mereka lari dari rumah. Selama 5 hari penuh berpesta seks, aku akhirnya menyuruh mereka untuk telepon pulang. Setelah lama aku bujuk, akhirnya mereka telepon pulang. Ibu mereka khawatir sekali dan ingin mereka pulang segera. Pacar ibunya sudah di tangkap oleh yang berwenang.

Aku beri $100 buat Lily dan Lianne, untuk uang saku dan ongkos naik bus. Setelah itu, aku antar ke Bus Station, dan mereka said bye-bye dengan ciuman mesra di pipi kiri dan kanan.

TAMAT